Masih membahas sedikit tentang
kota Udang. Jika sebelumnya saya bahas wisata alam dan kulinernya, maka bahasan
saya kali ini agak berbeda yaitu tentang budaya masyarakatnya. Panggilan orang, umumnya berbeda di tiap daerahnya, kebanyakan dengan menggunakan singkatan biar
lebih gampang untuk memanggilnya, kalo dari daerah saya (jawa) itu panggilan
untuk anak laki-laki biasanya di panggil dengan ‘le’ dan untuk perempuannya
dengan ‘nduk’. Hal ini tentu saja berbeda di tiap daerahnya. Begitu juga untuk
Cirebon yang saat ini sedang saya tempatin. Langsung saja kalo gitu.
Cung. Iya, saat mendengar kata
itu yang terbayang di pikiran saya itu singkatan dari kata mancung. Karena saat
saya mendengar ini dari bibi saya yang memanggil anaknya dengan panggilan itu.
Dan saudara saya ini emang hidungnya mancung, jadi di pikiran saya ya itu
mungkin panggilan unik dari ibu ke anaknya. Tapi setelah mendengar orang lain
yang hendak memanggil anak laki-laki juga menggunakan panggilan itu. Dan
ternyata bayangan saya akan kata ‘cung’ itu bukanlah berasal dari mancung,
melainkan kacung. Malah tambah aneh saya mendengarnya, karena kata kacung itu
kan ibarat pembantu *maaf, jadi masa iya seperti itu. Tapi memang seperti itu
panggilan untuk anak laki-laki di Cirebon, kebayangkan kalo nggak disingkat,
terlalu mainstream manggil orang dengan full kata kacung. Jadi paling diambil
akhiran saja jadi tinggal ‘cung’nya saja. Contoh kalimat pake bahasa cirebon, cung, arep meng endi cung? artinya itu nak, mau kemana nak?
Nok. Nah, yang diatas itu
panggilan untuk anak laki-laki. Untuk anak perempuan tentu saja ada.
Panggilannya itu ‘nok’ singkatnya. Nok itu singkatan dari denok untuk panggilan
anak perempuan. Jadi kalo ada anak perempuan disini kalo dipanggil biasanya
dengan kata nok, kalo tidak dipanggil dengan namanya.
Tapi memang betul seperti itu,
dan setelah saya konfirmasi ke temen yang asli Cirebon ternyata memang betul
untuk panggilan laki-laki itu cung (kacung) dan perempuan itu nok (denok). Ya,
untuk memperjelas aja sih, takutnya saya saja yang seperti ‘sok tau’ gitu, jadi
nggak ada salahnya dikonfirmasi.
Saya pikir panggilan itu bakalan
sama dengan kalo pas lagi di daerah sunda, yang bisa dipanggil ujang dan teteh
(kalo nggak salah) kan Cirebon masuk ke provinsi jawa barat, jadi pikir saya
menganut Bahasa sunda juga. Tapi Cirebon itu agak unik memang, karena di
perbatasan Jawa Tengah – Barat jadi disini ada 2 bahasa, bisa Bahasa jawa, bisa
juga sunda dan 1 bahasa daerah yang cuman ada di Cirebon (setau saya) yaitu
Bahasa Cirebon itu sendiri. Hampir mirip dengan Bahasa jawa, tapi tidak
sepenuhnya sama persis ada beberapa yang beda. Dan kalo saya dengar
perbincangan dengan orang asli Cirebon itu kadang saya bingung untuk nangkep
pembicaraannya, karena memang kosa kata nya yang berbeda. Kalo untuk logat
seperti logat orang jawa, hanya kosa kata yang berbeda. Dan pas iseng nanya ke
temen itu pas sekolah ada pelajaran muatan lokal yang disitu diajarin Bahasa
daerah yakni jawa dan sunda. Mungkin karena diperbatasan ya, jadi pelajaran
Bahasa daerah juga ada dua. Mantap.
0 komentar:
Posting Komentar