Rabu, 20 Februari 2019

Menu Santap Kelas Malam


Kuliah kelas karyawan yang masih menyisakan kenangan dan ingatan akan berangkat setelah adzan ashar dan pulang saat orang orang sekitar menutup pintu dan tinggal menyisakan beberapa orang yang berjaga meronda. Sunyi. Sepi. Ya, itulah gambaran selama kuliah 4 tahun, tidak. hanya sekitar 3 tahun 6 bulan untuk bisa membiasakan tubuh dengan pola waktu seperti itu dan tentu sekitar 8 jam di waktu produktif (pagi hari) menyibukkan diri dengan beberapa tugas tugas. Entah baik atau nggak itu cuman masalah diri saja, jikalau bosan dengan 8jam di pagi hari tinggal ambil kegiatan yang bisa dikerjakan di paruh waktu.

Karena pola waktu yang berubah, tentu saja dengan menu menu makan malam yang terkadang maksaain untuk nggak makan malam karena begitu pulang langsung istirahat. Tapi tidak untuk setiap harinya, ada kalanya akan mencari dan makan malam kalo perlu. Tentu membiasakan dengan menu makanan cepat saji yang ada di sekitar kampus, seperti nasi goreng, mie goreng, bubur kacang ijo, bubur ayam (kadang), nasi lengko (kalo masih buka) dan lainnya. Menu seperti itu sudah biasa menjadi target jika lapar menyerang di kala malam hari.
  • Nasi goreng,

Bukan makanan wah memang, tapi menjadi makanan yang langka di konsumsi di waktu kuliah. Karena harganya yang kadang berpikir sejenak kalo mau pesen. Dan harga 1 porsi menu ini bisa di ganti dengan 2 porsi menu yang lain. Tapi nggak kehabisan akal, terkadang meminta ke abang nasgornya dengan menawar setengah porsi atau yang lain. Entah kasian atau gimana si abangnya melayani saja permintaan itu.
  • Ketoprak

Ini salah satu menu yang lain yang bisa dijadikan menu makan malam alternatif kalo kalo yang diinginkan ternyata nggak ada. Kalo di ingat ingat menu makanan ini muncul karena ada beberapa testimoni soal rasanya dan harga yang masih 7ribu/porsi. Makan seporsi dengan harga itu dan sudah kenyang pula. Pas dan sesuai dengan kocek kantong mahasiswa.
  • Bubur

Entah bubur ayam atau bubur kacang ijo, tapi menu ini bisa jadi alternatif juga. Lebih tepatnya hanya sebagai pelampiasan dari beberapa menu yang udah bosen karena terlalu sering di makan.
  • Warteg

Nah, ini kadang menjadi daftar menu yang sering dicoba. Jarak dengan kampus cuman beberapa meter saja sudah bisa beli disitu. Dengan memilih menu telor (ceplok/dadar) dan 1 jenis sayur sudah setara dengan harga ketoprak. Cukup.
  • Nasi lengko

Menu andalan kalo memang pas nggak pulang terlalu larut malam. Biasa pergi bareng bareng dan makan di tempat. Seporsi 5ribu menjadikan menu makan malam andalan saat perut terpaksa harus diisi saat malam tiba. Ada beberapa tempat/kedai yang bisa di jangkau, rasa dan harga tetap sama.

Ya, itu beberapa menu makanan mahasiswa kelas malam. Adapun cemilan selepas istirahat maghrib biasanya membeli roti 2ribuan dan beberapa kacang dewa hanya untuk sekedar menahan bunyi keroncong dari perut saat di kelas. Tak banyak juga dari temen temen yang membawa bekal dari rumah, itu karena mereka udah terbiasa membawa dan karena mereka bukan anak rantau.

Share:

Selasa, 12 Februari 2019

Mandi Air di Air Terjun Kali


Beda schedule beda eksekusi. Mungkin itulah istilah yang pas untuk planning akhir tahun kemarin saat ingin mengisi waktu luang cuti akhir tahun. Saat schedule sendiri ingin solo bacpacker ke sisi lain dari Yogyakarta alias daerah Kaliurang tapi apalah daya kena nego dan iming iming pergi bersama backpacker ke pantai kebumen. Daripada sendirian lebih baik bareng bareng dan pergi ke pantai pula, kalo ke kaliurang jauh dari pantai (pesisir gunung) tapi kalo ke kebumen cukup pergi ke pantai. Dan apalah daya hasil iming imingnya berhasil mengedurkan niatan saya untuk solo backpacker. Padahal kalo dilihat apa yang sering saya lakuin, bukan sekali dua kali saya ber solo backpacker ke beberapa tempat (walau cuman 3 tempat sih) tapi karena biar agak rame dalam perjalanan akhirnya negoisasi dengan diri pun luntur dan meng iya kan ajakan temen.
Secuil dari postingan kemarin, ada beberapa hal yang saya lakuin selama 3D2N di Kebumen. Salah satunya mandi di bawah jatuhnya Air Terjun Kali. Sesuai dengan nama air terjun ini yang terbayang ialah air terjun yang memiliki beberapa kucuran air yang turun dan berurutan sampai tempat yang landai/datar. Terbayang juga akses menuju air terjun ini yang bakalan naik turun mengikuti jalan setapak yang terbentuk akibat pijakan kaki para pencari nafkah dengan berkebun. Dan itu memang benar adanya. Akses jalan motor yang mulai berubah dari jalan aspal ke jalan cor coran setengah yang menyisakan gap/space tengah untuk tanah. Bukan hanya berubahnya jenis jalan tapi juga berubahnya ukuran dari jalan tersebut, dari jalan yang bisa di akses untuk persimpangan mobil dengan mobil, mobil dengan motor hingga motor dengan motor saja. Dan tidak kalah seru nya ialah mulai berjumpa dengan suasana hutan yang rindang dan sejuk bahkan beberapa kali berpapasan dengan udara dingin.

Dengan bermodalkan fitur smartphone ditangan perjalanan dimulai. Sesampainya titik koordinat yang di tunjukan fitur tersebut, ternyata agak ragu kalo memang ini tempatnya. Karena wana wisata ini belum ada yang mengelola, fasilitas petunjuk arah, pintu masuk, tiket dan lahan parkir belum semuanya tersedia hanya saja memanfaatkan space lahan kosong milik warga sekitar untuk tempat parkir dan untuk tiket dan pintu masuk sama sekali tidak ada, yang perlu dilakukan ialah berkomunikasi dengan warga sekitar sebagai petunjuk arah darimana dan kemana arah menuju air terjun itu. Cukup simple petunjuk yang di kasihkan oleh orang warga, “ lewat jalan ini (sambil menunjuk jalan setapak yang menurun) sampai nanti ketemu aliran sungai dan ikuti terus aliran sungai itu menuju muaranya/hulu nya, nanti akan ketemu air terjun itu “. Tak mau berlama lama untuk meng iyakan instruksi itu. Memang benar adanya “cukup mengikuti jalan aliran sungai sampai ketemu air terjun”. Aliran sungai itu memang dangkal dan jalan nya berbatu padas jadi hati hati kalo melangkah – licin.

Saat sampai di lokasi, tempat mandi yang sepi entah karena waktu yang memang lagi sepi (weekday) atau memang belum banyak pengunjung luar desa setempat yang pergi kesini. Tapi bayangan saya cukup terbantahkan dengan adanya sisa bungkus plastik jajanan dan botol minum yang bergeletakan di atas batu batuan padas itu. Dan ini adalah kesempatan yang bagus untuk bisa mandi sepuasnya di situ karena sekitar sepi sekali, hanya sesekali melihat orang lewat daerah itu untuk pergi berkebun.

Air terjun dengan tinggi yang hanya sekitar 4 - 5 meter ini memiliki 2 ruang untuk mandi yakni bagian bawah dan atas karena air terjun ini terbentuk 2 aliran hanya saja yang bisa di pakai untuk mandi hanya bagian atasnya saja, karena setelah aliran yang di bawahnya menyisakan kolam yang dangkal. Untuk kedalaman kolam air terjun ini hanya sekitar 2 meter, air yang tervisualkan warna hijau ini menjadikan air tersebut jernih dan di dukung pula dengan batu padas menjadikan kolam air terjun layak untuk menyegarkan badan dengan berendam di sana. Tapi yang perlu di perhatikan ialah safety nya, karena batu padas jadi lebih licin dibanding dengan batu lain. Oleh karena itu perlu hati hati membuat pijakan kali.

Share:

Minggu, 10 Februari 2019

Sate Ambal Pak Kasman


Selang beberapa bulan yang lalu teringat akan jatah cuti tahunan yang masih menyisakan 5 hari kerja, setelah berembuk dengan temen di grup wa diputuskan untuk berkunjung ke kota dengan oleh oleh lanting. Kebumen. Iya, setelah berembuk dan menentukan tanggal pemberangkatan deal akan berangkat ber3 tapi selang H-3 menyisakan saya sendiri. Terlanjur beli tiket kereta dan pengajuan cuti sudah di acc mubadzir kalo nggak berangkat. Jadi perjalanan setelah pulang shift sore dan tiket kereta berangkat pukul 00:44 dinihari dan diperkirakan sampai lokasi waktu subuh.

Spare waktu di sana ada sekitar 3 hari 2 malam, cukup untuk sekedar berkeliling daerah sekitar dan tak lupa juga mencari beberapa kuliner yang ada disana. Salah satunya Sate Ambal Pak Kasman yang cukup terkenal dan menempati peringkat teratas menu kuliner di kebumen.
Ok, mari kita bahas kuliner satu ini. Dari tampaknya sama seperti sate ayam pada umumya yang menampilkan potongan ayam yang ditusuk tusuk dan disajikan dengan lontong. Untuk porsi sendiri cukup besar kalo menurut saya karena satu porsi itu ada 20 tusuk dan untuk saya makan sendiri sedikit berlebihan jadi saya pesan seporsi tapi dibagi 2 piring lontong dengan temen saya. Untuk bumbu nya sendiri jika dilihat akan sama dengan bumbu sate pada umumnya yang keliatan seperti bumbu kacang, tapi kalo di coba rasakan sangat berbeda karena bumbunya ini terbuat bukan dari kacang melainkan dari tempe. Dan ini yang menjadi khasnya sate ayam ambal. Kalo soal rasa, setelah di icip icip ternyata lebih mendekati manis, mungkin karena kita pesan nya tidak bilang pedas atau nggak jadi terasa manis satenya. Dari tekstur potongan ayam nya sendiri itu cukup empuk dan lembut, pas untuk digigit dan dikunyah.

Jadi, bisa di coba salah satu kuliner khas daerah ini saat Anda berkunjung atau sekedar mampir di Kebumen. Untuk akses dan posisi tepatnya ialah di Jalan Kutowinangun, Kambalan, Ambal – Kabupaten Kebumen. Dan terpapang jelas papan nama Sate Ambal Pak Kasman.

Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.