Sabtu, 04 Mei 2019

Satu Kejadian


Satu kejadian, cukup satu kejadian untuk mengingatkan pada seseorang yang entah itu berbuat baik ke kita atau sebaliknya. Karna terbatasnya ingatan untuk menghapal setiap kata yang terangkai menjadi nama panggilan setiap orang yang berbeda beda, jadi kadang menjadi lupa saat ingin menyapa dan akhirnya di sapa duluan sama lawan bicara. Mungkin juga selain suatu kejadian, bisa juga hafal wajah tapi tidak untuk nama.

Nah, semacam ini sering saya rasakan saat berbagai teman kerja menyapa dan memanggil nama panggilan saya dan bahkan sampai ada yang mengajak untuk ngobrol. Dan itu sering membuat saya membatin “itu siapa ya? Kok tau nama saya?” – saya saja tidak tau itu siapa...

Sama halnya mengingat kejadian di waktu lampau yang masih menyisakan inti dari kejadian itu, dan teringat kembali di momen seperti ini (bulan puasa). Sebagai kegiatan untuk menambah ilmu tentang agama, biasanya orang tua mendaftarkan anak – anaknya ke TPA terdekat untuk belajar mengaji sejak dini. Ya, mumpung belum banyak kegiatan yang menyita waktu kecil selain hanya sekolah dan bermain kesana kesini nggak karuan. Yang menjadi imajinasi saya itu bakalan bepergian sama temen teman naik sepeda gowes ke pondok, menghabiskan waktu siang menjelang sore hingga bahkan sampai malam tiba. Dan waktu waktu itu nggak kerasa cepet banget, baru juga berangkat dengan tenaga yang masih full ku kayuh sepeda ontel jadul berbentuk jengki itu dengan cepat cepat karena waktu masuk pelajaran yang mepet, karena kadang harus lama menunggu temen temen lain pada siap siap. Intinya biar berangkatnya bisa bareng bareng, kalo di hukum karena telat kan juga bareng.

Jam masuk pelajaran sudah tiba dan tinggal menunggu ustadznya datang untuk mengajar, dan waktu satu jam selesai setelahnya istirahat untuk sholat dan dilanjutkan lagi satu jam setelah istirahat. Jadi kurang lebih memakan waktu 2 jam di pertengahan sore hari, bahkan bisa sampai 1 jam lebih nya untuk ngobrol tentang apapun (kalo nggak buru buru pulang). Hingga sampai sore tiba dan di perjalanan nggak sekuat kayuhan di banding waktu berangkat, lebih santai dan menikmati perjalanan sambil ngobrol kanan kiri. Hingga akhirnya melirik ada sebuah kebun yang ditanami buah sawo, berjejer sekitar 3 pohon sawo yang siap berbuah dan di musim itu lagi musim nya sawo berbuah. Karena sudah sering lalu lalang lewat jalur desa itu dan juga dengan kepolosan anak kecil, memberanikan diri walau dengan takut takut untuk menemui pemilik kebun dan meminta ijin untuk memetik buah sawo untuk dijadikan sebagai takjil berbuka puasa. Karena saking banyaknya pohon itu berbuah, sang pemilik pun nggak pikir panjang untuk mengijinkan kami mengambil buah sawo itu.

Rejeki anak sholeh.
Dan dengan satu kejadian itu, sampai sekarang saat melintasi jalan desa itu dan masih ada bentang tanah kosong (belum di bangun rumah) masih ada ingatan soal waktu lampau gowes ontel bersama teman teman sambil ketawa ketawa dan seakan bercanda dalam perjalanan.

Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.