Rabu, 22 Januari 2014

Demam Baca

Membaca, yah membaca adalah tahap pertama dalam belajar. Selain baca ada juga nulis. Dua hal ini kerap saya lakukan bahkan untuk para pembaca semua. Masih ingatkah dengan masa kanak-kanak, masa dimana mulai mempelajari berbagai hal yang benar-benar baru. Kanak-kanak belajar mulai dari belajar bernyayi, hingga baca dan tulis. Jaman sekolah dasarlah.
Bagi saya membaca adalah kegiatan yang cukup membosankan. Bagaimana tidak bosan, orang cuma duduk diam dan mantengin buku yang tebel yang nggak tau kapan bisa kelar bacanya. Lama-lama saya malah ngantuk dan tidur saat membaca. Tapi saya juga memahami betapa pentingnya membaca. Membaca apapun itu, dari buku pengetahuan, novel, cerpen, majalah, koran dan semua yang tentang tulisan.
Tapi anehnya sekarang saya malah cenderung pengen membaca terus. Yah, walaupun cuma pengisi waktu luang. Pengen menjadikan kebiasaan membaca. Jujur memang baru pas saat kuliah ini saya mengenal dekat yang namanya novel. Dan novel yang saya baca pertama hingga habis satu buku ialah novel 5 cm. Karena saya waktu sekolah pernah juga baca novel, tapi jarang membacanya hingga selesai satu buku. Novel itu yang bikin saya penasaran, karena saya selalu bertanya-tanya. Kenapa teman saya begitu antusiasnya dengan judul 5cm ini. Bisa saya bilang seperti itu karena dia memiliki berbagai macam barang dengan judul 5cm, selain bukunya dia juga punya tas, t-shirt, hingga stiker yang di pajang di motornya. Dari situlah saya penasaran. Dan setelah pinjam dan membacanya, baru sadar ternyata memang bagus buku itu.
Nah, dari situlah saya seperti terkena candu baca novel. Selain asyik bacanya, juga pengisi waktu itu tadi. Cari kesibukanlah. Untuk saya anak kostan yang jarang keluar ke dunia luar selain kuliah. Pertamanya sih pesimis bisa ngelarin satu buku yang tebalnya kurang lebih 500 halaman ini. Karena pesimis tadi, jadi teman saya juga mikir-mikir mau minjemin bukunya. Takut lama ngembalikinnya. Tapi setelah beberapa pinjaman dan saya semakin cepat nyelesaiin buku, jadi dia juga enak minjemin bukunya kepada saya. Walau cuma modal pinjem, ya semoga saja menjadi kebiasaan dan membudayakan membaca.

Dan sekarang yang bertepatan dengan libur semester, saya jadi punya waktu luang yang cukup untuk berbagai kegiatan. Mulai dari rutinitas harian yang wajib di kerjakan, ada pula kegiatan tambahan lain demi untuk menghilangkan rasa bosan. Nah, seperti ada pencerahan untuk menanggulangi rasa bosan saya ini, yaitu dengan membaca. Membaca novel. Jadi saya suka pinjam novel-novel yang lain ke teman saya. Baru beberapa hari yang lalu saya juga udah nyelesaiin novel trilogi 5 menara karangan A. Fuadi itu. Dan itu pun seperti tak cukup untuk memenuhi rutinitas saya. saya pengen lagi, lagi dan lagi baca novel yang lain. Entah apa aja genre-nya. Yang penting saya membaca buku. Sebelum kembali ke kebiasaan membaca buku kuliah. 
Share:

Jumat, 10 Januari 2014

Revolusi Header

Awalnya cuma iseng pengen kayak orang yang punya web sendiri, walaupun gratis. Jadi ya langsung bikin, itupun numpang suruh bikinin temen. Setelah jadi, eh baru nyadar kalo ternyata saya bukan orang yang sering bahkan terjadwal untuk jatah pengeluaran untuk internet. Kalo internetan kalo pas ada tugas kuliah aja. Udah itu bingung mau di apain, udah ada web-nya. Blogspot gitu. Ini yang jadi masalah, nggak bisa ngegunainnya. Jadi untuk tahun pertama itu blog riwayatnya berakhir. Baru tahun berikutnya, setelah kecanduan internet buat donlot anime episode mingguan. Jadi langsung langganan internet tiap bulannya.

Setelah kurang lebih setahun lebih, baru ada gambaran mau di apain dan di jadiin apa ini blog. Abis kena doktrin dari temen yang sama nulis aktif di blog. Dia emang bercita-cita jadi penulis, tapi saya?hanya iseng aja dan kalo lagi pengen aja. Benar-benar nggak sama. Yah, daripada nggak ada sama sekali tulisan yang terposting, mending nulis apa aja yang pengen di tulis. Jadi blog pribadi. Segala aktivitas yang menarik saya masukan ke situ, kejadian-kejadian dan bahkan sedikit curhatan.

Nah, abis tau cara ngegunainnya. Ini datang lagi, ya..tampilan kurang menarik. Monoton. Nyari lagi, iseng-iseng donlot template-template yang srek ama diri. Nyari, ketemu, pasang, hapus, ganti, dan seterusnya seperti itu terus. Sampai saya bosan sendiri dan tiba-tiba temen saya koment “jangan sering-sering ganti template, cari yang pas dan jangan ganti lagi”, katanya. Oke, dari situ saya bener-bener nyari yang pas, dan akhirnya ketemu. Simple.

Ada lagi yang menarik, di tambahin header. Yang jadi icon dari blog. Sibuk lagi nyari kata yang emang bagus dan srek juga. Dan akhirnya ketemu juga yaitu meaningless. Yang bisa di terjemahin “tak berarti”. Nggak tau kenapa saya milih kata itu, tiba-tiba saja lagi pengen itu. Gantian sekarang ngobrak ngabrik header. Awalnya cuma pake font aja, terus bosan. Ganti lagi. Sekarang jadi ada perubahan, bukan sekedar font. Tapi berubah menjadi sedikit seperti layaknya logo. Bosan, ganti lagi seperti belum nemuin yang srek buat di pajang. Emang saya orangnya mudah bosan, jadi perlu adanya tantangan untuk bisa mencapai tujuan saya.

nah, ini salah satu header yang pernah saya pajang. Terinspirasi dari header blog orang yang sedikit nyerempet dan jadilah header seperti ini.





dan ini yang terakhir tercipta dari tangan saya, setelah lelah mengobrak-abrik dan memutar otak. Sebagai konsultan, saya ajukan ke temen saya gimana komentnya dengan header saya ini. Dan apa yang keluar dari mulutnya sebagai jawaban? Bagus, ini baru seperti layaknya sebuah logo. Kembang kempis hidung saya. Dan saya agak berfilosofi sedikit tentang arti logo ini. Karena kata temen saya kalo bikin sesuatu itu paling nggak ada sejarahnya. Dan arti dari header ini ialah saya ambil dari kata meaningless yang diterjemahin “tak berarti”, dan saya padukan dengan sepucuk daun yang masih berwarna hijau spidol yang menurut saya simbol bahwa daun tersebut sedang tumbuh atau mengalami pertumbuhan. Dan saya simpulkan sendiri bahwa “layaknya daun yang sedang tumbuh dan tak berarti apa-apa untuk di pelajari, tapi ia tetaplah daun yang akan terus berkembang menjadi daun yang benar-benar menghijau dan terlihat sempurna memperindah pohon”. 
Share:

Senin, 06 Januari 2014

Modal Dengkul

Seberapa beranikah anda? Seberapa nekatnya anda? Pertanyaan yang bisa orang menanyakan hal ini, untuk para sebagian orang yang menyukai hobi dengan petualangan, pendaki contohnya. Tapi hobi seperti ini jarang, bahkan orang malah malas. Bukan karena tidak suka hal yang baru, tapi seperti orang yang sibuk sana sini. Hingga tak cukup punya waktu untuk menyalurkan hobi mereka.

Pernah saya mengikuti pengarahan yang menyangkut perihal keselamatan dan kesehatan kerja. Di waktu beberapa bulan yang lalu. Di dalam acara itu membahas mengenai perihal tentang keselamatan, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan sendiri. Karena dengan selamat kita dapat melakukan kegiatan apapun itu dengan tenang. Di situ juga menyinggung mengenai bedanya berani dan nekat. Kata sang narasumber, “berani dan nekat itu beda tipis, bedanya cuma di satu.” Berani itu didasari satu niat dan tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang di inginkan, dan nekat itu juga masuk kategori berani, tapi tujuannya yang sedikit berbeda yakni masih belum bulat tekatnya mencapai tujuan tersebut dan tak memperdulikan apa yang menjadi hasilnya nanti.

Setelah pengarahan itu selesai, dan tiba juga saya bersama teman-teman pulang. Sepulang itu ternyata kami melihat ada masalah dengan ban motor teman saya, kempes. Tanpa pikir panjang saya langsung minta ijin menaiki motor itu untuk saya bawa ke tukang tambal ban setempat. Dan tanpa saya sadari saya menunggangi motor itu dengan berdiri. Alasannya karena ban yang kempes itu ban belakang, nggak mungkin saya naiki seperti layaknya orang mengendarai sepeda motor. Lalu teman saya yang punya motor ini menghampiri ke tempat tambal ban yang saya tuju ini, dan yang ia katakan bukan gimana bannya?udah bisa di tambal belum?, tapi malah “kamu itu gimana sih, baru saja dengerin masalah keselamatan dan kamu malah melakukan hal yang sembrono”. Dan itu saya juga baru sadar.

Dan semua hal yang saya rasa bikin penasaran untuk di coba, saya sukai. Pokoknya di coba dulu, masalah nantinya gimana itu belakangan. Dan sampai sekarang hal seperti ini masih saya lakukan. Begitu juga dengan awalnya saya masuk kuliah. Walaupun sebenarnya kuliah itu adalah cita-cita saya sejak lulus dari bangku sekolah menengah atas.

Awalnya saya hanya ingin saja buat kuliah. Karena cita-cita saya itu, saya ikut pendaftaran kuliah sekarang ini. semuanya tidak muluk-muluk, malah terkesan kayak sekolah biasa. Awalnya emang saya bukan tipe orang yang percaya diri bakalan diterima atau di tolak. Tapi karena saya ingin sekali masuk kuliah, jadi saya ikuti saja semuanya. Mulai dari test tertulis, test wawancara, dan tes yang lain. Dari situ saya mulai tumbuh rasa optimis setengah pesimis. Optimis masuk karena udah bisa lulus tes, dan pesimis karena pengumuman belum juga keluar. Modal saya waktu itu hanya berani dan nekat, soalnya saya sudah vakkum baca mata pelajaran yang akan di ujikan. Vakkum karena selama satu tahun bekerja, bukan belajar. Jadi niat ajalah. Jabat dulu, jalani. Baru tau apa hasilnya.


Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.