Sabtu, 31 Juli 2021

Mainan Kelereng

Sesi berikutnya ialah mainan kelereng. Kelereng atau nama lainnya gundu menjadi salah satu dari sekian banyak bentuk mainan yang seru buat di lakuin. Bentuk bulat, glossy, banyak pilihan warna ini bahkan ada 1 kelereng yang menjadi “anak emas” karna keberadaannya yang masih jarang atau langka, kita sebut kelereng susu karena bentuk bulat dengan warna putih pekat menyelimuti seluruh body kelereng. Berikut beberapa jenis mainan dengan kelereng atau gundu :

  1. Kejar kejaran, seperti layaknya kejar kejaran orang berlari, gundu ini juga mengambil istilah dari itu yakni permainannya sederhana hanya saling kejar kejaran antar gundu yang biasa dimainkan minimal 2 orang.
  2. Appolo, entah dapat ide dari mana istilah permainan gundu apolo ini. Tapi memang bentuk dan tatanan dari gundu ini menyerupai appolo mulai dari urutan gundu paling atas dan ditata ke bawah lurus dengan gundu paling atas. Media yang sering digunakan ialah “tegel” atau keramik yang berukuran 20x20. Permainan ini bisa dimainkan beberapa orang 3 – 5 orang. Peraturannya sederhana, hanya mengumpulkan kelereng dari masing masing pemain kemudian di tata seperti appolo, setelah itu para pemain melemparkan gundu sejauh garis minimal yang ditentukan, yang paling jauh dari garis itu yang mengawali permainan dan bebas mau “ngincer” yang urutan mana saja. Setelah kelereng di urutan appolo terkena dan keluar dari kotak tegel maka si pemain berhak mendapatkan urutan dibawah kelereng yang terkena tadi.
  3. Kumpulan, cara bermain yang ini sederhana hanya membuat lingkaran di tanah dan kelereng dikumpulan menjadi 1 dan ditempatkan di tengah tengah lingkaran tersebut. Kumpulan kelereng ini berasal dari masing masing pemain. Seperti appolo, penentuan siapa yang dapat giliran pertama ditentukan dengan siapa yang lebih jauh dari garis yang telah dibuat. Pemain yang berhak mengambil kelereng ialah yang berhasil mengeluarkan kelereng dari lingkaran itu.
  4. Gasing, nah permainan yang satu ini hanya bermodalkan 1 kelereng saja sebagai bagian dari landasan gasing yang nantinya dibuat dengan bahan tanah liat.

Itulah beberapa jenis permainan yang bisa dimainkan dengan kelereng, permainan yang sangat asyik di zaman itu. Belum mengenal kemodernan mobil tamiya, beiblade, crush gear, remote control dll yang saat itu booming karena efek dari anime yang menayangkan nya.

Share:

Rabu, 16 Juni 2021

Daun Janur, Mainan Desa

Sesi ketiga dari lanjutan membahas flashback kenangan masa kecil. Moment lebaran nggak lepas dari janur atau daun kelapa yang masih muda, ciri lain ialah warna yang masih terlihat muda atau hijau pupus. Karena masih daun muda, jadi daun itu masih mudah untuk dibentuk sesuai keinginan dan butuh waktu untuk layu atau kering. Itu salah satu kenapa daun muda yang baru tumbuh di pohon kelapa menjadi bahan utama membuat anyaman, salah satunya ketupat. Moment lebaran memang identic dengan ketupat, tapi saya bukan untuk membahas ketupat, cara memasaknya atau cerita tentang lebaran yang menu utama ketupat dengan lauk pauknya opor ayam, sambel goring dll. Melainkan saya sedikit mengingat ingat mainan yang bisa dibuat berbahan janur ini. Biasanya dibuat keris, teropong, peluit dan terompet.

- Keris, salah satu mainan yang dapat dibuat berbahan dasar janur. Saat bapak saya bergeliat untuk menganyam ketupat, saya pun ikut ‘ngerecokin’ membuat anyaman juga tapi bukan untuk membuat ketupat tapi saya membuat keris. Cukup mudah dan sering menjadi senjata mainan untuk bermain pedang pedangan.

- Peluit, selain bisa dibuat keris. Janur juga bisa dibentuk menjadi peluit, ini lebih mudah lagi dibanding membuat keris, hanya perlu potongan daunnya saja kemudian di lipat setipis mungkin, kemudian tinggal di tiup sesuai fungsi dari peluit.

- Terompet, ini modifikasi dari peluit diatas. Kalo terompet ini butuh lebih banyak lembaran daun janur tapi sesuai keinginan mau dibuat segede apa terompet nya. Peluit yang di balut dengan lembaran daun sampai berbentuk terompet.

Share:

Jumat, 14 Mei 2021

Daun Paku, Tato Non Permanen

 


Sesi kedua bahasan soal mengenang masa kecil. Setelah mainan tlulup yang sering kita lakukan dalam kalo lagi bayangin main tembak tembakan. Sesi kedua ini kita sedikit bahas soal tato, ya tato masa kecil yang keren – dijaman nya.

Tato, kalo orang dengar tato itu biasanya permanen nggak ya, trus cara pasangnya gimana ya. Tapi itu khusus orang orang dewasa, lain hal nya yang waktu saya kecil sering bermain dengan tato yang tidak permanen tentunya. Tato dari alam, dari tumbuhan pakis – jenis tanaman paku (biologi). Tato ini memiliki motif yang keren asli dengan bentuk daun tumbuhannya, jika bentuk tumbuhannya berbeda maka tato yang dihasilkan juga berbeda.

Cara menggunakannya juga gampang, tinggal petik (permisi dulu sama tumbuhannya) daun yang kita suka bentuk daunnya, dan tempel bagian belakang daun yang berwarna putih sambil di tepuk tepuk atau di elus ke bagian tubuh yang ingin dipasang tato (lengan – misalnya) setelahnya bisa ditarik kembali daun yang sudah kita pasang tato nya. Alhasil akan menghasilkan tato berbentuk daun paku berwarna putih. Tato alami ini punya kelebihan bentuk yang keren tapi punya kekurangan yang hanya bisa warna putih saja, tidak bisa warna merah, biru atau yang lain. Tidak ada efek yang di timbulkan dari pemakaian tato daun paku.

Nah, karna tato identik dengan ‘permanen’ tapi tato tumbuhan paku ini tidaklah permanen alias bisa langsung di bersihkan. Tinggal diusap dengan tangan langsung hilang, tapi kalo mau lebih bersih tinggal kita basahi dengan air dan usap kembali. Karna tumbuhan paku ini banyak di jumpai di sekitaran sungai/kali yang banyak di desa saya, jadi gampang untuk cari tumbuhannya. Dan kalo bosen dengan bentuk yang itu itu saja, bisa langsung ganti dengan bentuk yang lain.

Ada satu tumbuhan yang bisa dibuat tato lagi, saya sebut tumbuhan sapu jagat. Ini juga tumbuhan yang mudah didapatkan di desa saya, tapi jarang yang paham kalo ternyata bisa dibuat tato juga walaupun tidak tau apa fungsi asli dari tumbuhan sapu jagat itu. Sama sama diambil dari daunnya untuk membuat tato, tapi daun sapu jagat ini perlu effort yang lebih jika dibandingkan dengan daun paku tadi, karena pemasangannya harus di gosok dengan daun jati yang sudah kering (berwarna coklat) sampai kira kira getah dari daun sapu jagatnya nempel di tangan. Setelah selesai digosok, agar cepat kering biasanya kita tiup tiup sampai benar benar kering di tangan. Efek samping nya tangan yang kita tempelkan daun sapu jagat ini akan terasa panas terbakar dan tampak gosong setelah kering dan jadi tato daun sapu jagat. – saya sarankan untuk tidak mencoba yang jenis tanaman ini – .


Share:

Minggu, 28 Maret 2021

Pletokan, Senapan Tradisional

 Mengenal berbagai sebutan generasi menurut tahun kelahiran, ternyata secara teori itu ada 6 golongan generasi yang istilahnya sudah sering terdengar. Banyak yang menyebutkan generasi milenial, karna sering mendengar istilah itu jadi ikut ikutan menggukaan sebutan millenial, padahal belum tau maksudnya apa.

Generasi tradisional, baby boomers, generasi X, millenial, generasi Z dan sampai sekarang entah jadi sebutan generasi apa. Tapi untuk saya yang tergolong masuk dalam generasi millenial, ternyata sedikit banyak masih menganggap permainan masa kecil zaman dulu lebih mengasyikan dibanding sekarang. Karna belum merata penggunaan teknologi, masih belum tau apa itu handphone, karna masih mengenal Wartel, belum kebayang bagaimana bisa mendengar suara orang yang jauh hanya dengan alat segenggam saja.

Mainan dalam masa kecil dulu itu masih hand made (dibuat sendiri) dengan saluran ilmu dari para sesepuh, orang tua. Karna masih tradisional, bahan bahan nya pun yang ada di sekitar saja. Contohnya bambu, media mainan yang gampang dijumpai di sekitar rumah, tanaman yang tinggi dan berakar serabut sering ditemui di kebun/dekat dengan sungai/kali. Bambu ini juga yang pernah digunakan untuk membuat senjata pada waktu kemerdekaan. Bambu Runcing. Salah satu senjata yang konon ceritanya menjadi senjata yang di takuti oleh penjajah. Padahal jika dibandingkan antara kedua senjata ini sangat berlawanan, bambu runcing sangat tradisional sedangkan senjata penjajah sudah berteknologi canggih yang disebut senapan.

Mengenal senapan, untuk senjata mainan yang terbuat dari bambu pun dapat dengan mudah dan digunakan untuk bermain. Salah satunya senapan bambu “tlulup”. Iya, salah satu senjata yang terbuat dari potongan bambu yang sering saya gunakan untuk bermain tembak tembakan masa kecil. Dengan amunisi dari kertas bekas yang di basahi/celup dengan air bisa menghasilkan tembakan yang cukup sakit kalo terkena teman. Menghasilkan suara yang cukup keras bahkan sampai pecah/rusak bambu nya karna amunisi yang berlebih dan suara yang sangat keras. Untuk membuat mainan ini hanya butuh bahan bambu saja dengan ukuran yang kecil agar dapat dibawa dengan mudah, tapi tidak semua jenis bambu bisa di buat jadi mainan ini, karna bambu yang dibutuhkan ialah yang memiliki ruas yang cukup panjang jaraknya.


Selain tlulup, ada juga mainan lain yang terbuat dari bambu yakni “long bumbung” sebutan dari desa saya. Kalo mainan “long bumbung” ini bentuknya besar karna dia tidak perlu dibawa kemana mana hanya diam ditempat siap digunakan seperti meriam. Dengan bahan nya bambu, minyak tanah, kain/pegangan untuk sumbu nyala. Seringkali mainan ini digunakan saat bulan puasa/lebaran.

 

Share:

Selasa, 09 Februari 2021

Time Skip

Udah hampir setaun tidak ada lagi post post yang mampir di laman blog, tidak ada lagi notif berapa pembaca yang mampir, atau grafik rating peningkatkan pembaca atau malah ada komentar yang muncul. Bukan hanya post post yang tidak terlihat di laman depan, melainkan juga rasa enggan untuk buka alamat blog, karna merasa diri nggak bisa posting lagi jadi enggan buat liat laman kosong. Pernah terlintas beberapa ide kata, tema nulis tapi tidak pernah ada yang terealisasikan menjadi kalimat yang berakhir paragraf. Tidak ada.

Pernah sekali saat ngobras (ngobrol santai) di sela sela makan siang, temen ada yang nyeletuk soal bikin post atau nulis di blog dan seperti seorang paranormal yang ahli menerawang kalo ternyata saya terlihat memang cukup gemar buat narasi di blog. Ah, itu hanya tebakan saja menurut saya tapi saya tidak menyangkal kalo memang pernah buat narasi di blog.

Time skip. Istilah yang saya ambil dari serial anime yang saya gemari, mulai dari komik sampai anime visual berdurasi 24 menit itu. Time skip yang diceritakan di serial anime itu ialah perjuangan selama 2 tahun menimba kekuatan untuk menjadi lebih kuat secara individual, sehingga menjadikan modal untuk menghadapi rintangan yang entah kapan akan menerpa mereka. Walaupun hanya ada sekilas balik dari perjuangan masing masing karakter dalam latihan fisik dan mental tapi cukup tergambarkan dengan jelas bagaimana bentuk perjuangan mereka. Dan time skip yang saya maksudkan disini ialah setelah hampir 1 tahun saya off posting, mulai dari tulisan ini lagi saya akan coba buat buah pemikiran  yang belum sempat saya tuangkan dalam bentuk narasi. Hanya saja yang membedakan dari cerita serial anime dengan saya ialah mereka berjuang latihan, sedangkan saya enggan untuk memikirkan tema narasi apalagi yang hendak saya tuangkan.

Padahal sudah diberi wejangan kalo untuk bisa terbiasa nulis dengan kalimat yang tertata dan kata kata yang pas, harus musti baca. Entah mau baca novel, komik, berita di media surat kabar atau yang lain, nanti akan tumbuh dan banyak kosa kata yang dapat dituangkan dalam bentuk narasi.

Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.