Sabtu, 28 September 2019

Menu Sarapan di Beberapa Daerah


Sarapan itu perlu nggak sih sebenernya? Mungkin sebagian akan berpendapat kalo sarapan itu perlu tapi mungkin sebagian lagi berpendapat berlawanan dengan itu. Pernah dengar kalo memulai aktivitas tanpa sarapan akan menurunkan kadar konsentrasi seseorang. Aktivitas belajar di sekolah misalnya, jika pagi hari tidak di imbangi dengan sarapan terlebih dahulu sebelum belajar, kadar konsentrasi nya akan menurun. Jadi saat ditanya beberapa soal perhitungan sederhana terasa sulit untuk di jawab. Ya itu sekedar informasi yang saya dapat, tapi secara medisnya saya kurang tau, seberapa pengaruhnya jika seseorang tidak sarapan akan menurunkan kadar konsentrasi. Terkadang ada juga yang bilang kalo sarapan nanti malah membuat seseorang bisa merasa ngantuk jadi kadar konsentrasi juga akan menurun. Kalo seperti ini bisa jadi efek dari apa yang ia konsumsi, kalo kebanyakan makanan berat (karbohidrat) dengan proporsi yang banyak pula, efek ngantuk bisa jadi akan di alami. Tapi kalo pemilihan menu sarapan yang pas (tidak berlebih) itu akan memberikan efek yang berbeda di tubuh.

I think enough untuk intro yang nggak nyambung itu. Nah, sedikit mengenal menu sarapan. Ternyata menu menu makanan yang bisa jadi menu sarapan di berbagai daerah itu cukup bervariasi. Walaupun ada banyak menu sarapan yang menjadi favorit tapi kalo yang khas kan nggak banyak. Kenapa disebut menu sarapan? Karena menu sarapan ini hanya bisa di temui pas jam jam sarapan sekitar pukul 07 – 09 pagi. Kalo udah agak siang ya udah jadi menu makan siang namanya.

Beberapa menu sarapan yang saya temui di berbagai daerah :
  • Tahu Kupat


Menu sarapan/makanan yang biasa di jumpai di jam jam di atas itu adalah Tahu Kupat. Makanan yang satu ini ada di sekitaran pasar (kalo di kampung saya) dengan gerobak dorong berwarna biru terpampang di pojokan bangunan. Menu sarapan ini menyajikan tahu goreng, bakwan, ketupat, dengan tambahan kacang tanah, irisan kubis, beberapa suwir mie kuning dan potongan mentimun (kecil kecil) dan di siram dengan sambel kecap (bisa request level pedasnya). Bisa di jumpai di daerah sukoharjo – solo.
  • Kupat Tahu,

Menu sarapan yang saya jumpai di daerah bandung. Dulu sempet main ke bandung dan disaranin atau lebih tepatnya sih di ajak makan kupat tahu. Kupat tahu ini dari yang saya perhatiin itu mirip dengan ketoprak (makanan). Penggunaan lontongnya, tahu gorengnya dan sambal kacangnya juga. Berbeda dengan tahu kupat yang saya ulas di atas, walaupun nama dari makanan ini seperti cuman di balik saja, tapi fisik makanannya berbeda.
  • Docang

Olahan makanan yang cocok untuk sarapan berikutnya bisa di jumpai di daerah Cirebon, baik itu kota ataupun di kabupaten. Ulasan lengkapnya sudah saya ulah di post saya yang sebelumnya.
  • Sega jamblang atau Nasi Jamblang

Menu sarapan ini sama seperti docang yang bisa di jumpai di daerah Cirebon. Menu yang satu ini berbeda dengan beberapa menu di atas yang menggunakan lontong/ketupat sebagai main dish. Tapi nasi jamblang ini menggunakan nasi putih biasa tanpa di buat lembut seperti lontong. Walapun sumber main dish nya sama sama dari beras. Makanan seperti jamuan prasmanan, bisa ambil dan pilih sendiri lauk pauk yang ingin di makan. Mungkin yang agak unik ialah nasi putihnya itu dibungkus dengan daun jati bukan dari kertas nasi dan sambalnya yang kombinasi antara ulekan sambel dengan irisan cabe merah. Lauk pauknya ini biasanya berupa aneka jenis daging, telur, usus, tahu & tempe goreng.

Itulah beberapa menu sarapan yang bisa di temui sesuai dengan daerahnya. Walaupun banyak menu sarapan yang bisa di jumpai di beberapa daerah seperti bubur ayam Jakarta, bubur ayam Tangerang yang biasa saya jumpai di Cirebon. Dan juga ketoprak, nasi kuning, bubur kacang ijo ini yang lebih banyak tersebar di berbagai daerah yang menjadikan menu sarapan umum.

Share:

Kamis, 19 September 2019

Nulis yang Bermodal


Nulis, bikin narasi tentang kuliner jadi malah ketagihan pengen terus ambil topik itu. Padahal nggak terlalu addict banget soal kuliner, nggak bisa kasih rekomendasi masakan yang tepat untuk di cicipi ke orang lain, ya karena emang nggak bisa dan nggak tau cara rekomendasiin makanan. Pernah sekali rasanya pengen banget rekomendasiin salah satu masakan khas, tapi karena beda tempat makan jadi kesannya ‘kepepet’ ngasih rekomendasinya. Jadi ujung ujungnya ‘yang penting minimal ngerasaain’ walau sama persis makanannya, tapi rasa kan pasti beda. Pas nanya ke temen gimana rasa makanan tadi? Biasa aja, enak banget ya nggak, nggak enak ya nggak juga. Dan nggak tau itu selera mereka nggak kan nggak tau.

Menurut saya, ambil bahasan kuliner itu butuh banyak investasi/modal, contohnya :
  • Uang

Yang ini pasti, karna mau ngerasain makanan harus beli dan pake uang, bukan daun atau yang lain. Intinya sih mata uang yang bisa dibuat transaksi. Tapi untuk sekarang ini bisa jadi cashless alias nggak perlu banyak banyak bawa uang cash, udah banyak banget cashless tinggal modalin berbagai macam kartu dan aplikasi. Jadi tinggal tap sana tap sini…
  • Waktu

Selain uang, ini juga nggak kalah penting karena kalo ada uang tapi nggak sempet atau nggak ada waktu luang buat pergi pergi kan percuma, nggak bisa ‘berburu’ kuliner yang sedang hits atau yang baru bermunculan.
  • Fisik

Fisik ini terkait dengan kesehatan badan diri, kalo mau merekomendasikan sesuatu apalagi soal makanan, sangat perlu diri sendiri haruslah sehat biar bisa optimal dalam mencicipinya. Jadi bisa njelasin detail soal rasanya. Kalo lagi sakit sudah pasti nggak nafsu makan, lidah terasa pahit semua sekalipun itu gula yang jelas jelas terasa manis. Intinya indera pengecap kita bisa optimal fungsinya kalo pas lagi sehat.

Ya itu beberapa hal yang menurut saya perlu disiapkan jika ingin menjadi ‘pemburu kuliner’. Entah mau jadikan hobi atau sekedar ingin saja.

Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.