Mulanya
dari kebiasaan pulang kampong. Ada moment liburan semester genap, dan setiap
liburan semester genap ini selalu bertepatan dengan bulan puasa. Tanggal liburan
sudah ditetapkan, dan planning pulang kampong pun juga sudah di persiapkan. Liburan
semester genap ini agak berkurang jatahnya, karena ada kegiatan dari pihak
penyelenggara yang mewajibkan untuk diikuti. Dan setelah kegiatan itu, sayapun
memutuskan untuk langsung pulang kampong, tapi ada sedikit kendala yakni
membuat sebuah laporan kerja dari hasil kegiatan tersebut. Setelah semuanya
terasa selesai, dan haripun sudah menginjak hari pertama puasa. Dan pada hari
itu pula saya pulang kampong. Seperti layaknya orang yang hendak bepergian, prepare semua yang hendak dibawa. Pukul 11.00
prepare pun sudah selesai, tinggal
berangkat. Karena agen bis mengatakan bahwa bis akan tiba dan berangkat pukul
13.00, maka saya berusaha mempersiapkan diri dan bawaan sebelum jam tersebut. Dan
kurang lebih pukul 12.00 saya berangkat menuju agen. Menunggu, menunggu dan
menunggu itulah yang saya rasakan waktu itu, hendak menunggu bis. Pukul 13.00,
bis tiba di agen, dan saya pun langsung naik dan menempati tempat duduk yang
tertera di tiket. Perjalanan pulang kampong pun di mulai.
Di
sepanjang perjalanan menuju kampong halaman, saya berusaha menikmatinya. Walaupun
kadang ada hal yang mengganggu pikiran saya. Entah pikiran apa itu, dan pikiran
itu membuat saya menjadi susah untuk tidur. Baru berangkat, seperti ada sesuatu
yang benar-benar mengganjal pikiran saya. Nggak tau ada apa gerangan dengan
diriku, ini bukan pertama kalinya saya merasakannya. Ada yang benar-benar saya
pikirkan dan niat hati ini ingin melakukannya. Mungkin masalah laporan itu,
karena baru naik bis sudah di tanyain mengenai laporan. Tapi segera aku buang
jauh-jauh pikiran tersebut, karena jangka waktu untuk mengumpulkannya masih
terhitung 1 bulan. Dan perihal laporan serasa sudah menghilang dari otak saya,
akan tetapi perasaan itu terus, terus dan terus mengikuti di sepanjang
perjalanan saya. Hal itu layaknya jasmani saya berada di dalam bis, tapi rohani
saya berada di tempat yang berbeda. Saya berusaha untuk memejamkan mata,
berharap bisa tidur. Tapi hal itu sia-sia saja. Dan itu semua berlangsung
hingga bis tepat berhenti di rumah makan. Di rumah makan yang bertepatan dengan
bedug tanda buka puasa. Di situ saya memutuskan untuk membatalkan puasa dan
berbuka dengan yang ada. Setelah berbuka puasa, pikiran itu seperti hinggap
kembali. Perjalanan pun berlanjut. Di malam hari, masih saja terngiang pikiran
itu. Dan sekali lagi saya berusaha untuk memejamkan mata, karena hari sudah
gelap dan mata ini butuh istirahat. Mungkin karena factor lingkungan, jadi saya
bisa tidur cukup lelap malam itu. Dan malam itu pula yang menghantarkan saya
kepada lelapnya tidur, hingga ketika bangun dan dan menyadari sudah tiba di
terminal kampong halaman.
Kehidupan
di kampong halaman pun di mulai. Rasanya rindu sekali dengan lingkungan
sekitar. Rindu itu terasa terobati di saat hari menginjak di minggu pertama. Dan
minggu-minggu berikutnya seperti hidup mulai menjadi monoton. Kegiatan yang
sama setiap harinya, dari pagi hingga petang menjelang. Keseharian seperti ini
membuat saya seperti hidup dalam ruang hampa yang menggambarkan kekosongan
dalam hidupku. Dan disaat yang seperti itu, muncul pemikiran yang terasa begitu
dekat, begitu sering dirasakan dan di pikirkan. Rindu akan tempat kota,
perantauan yang mampu membuat keseharian begitu berbeda. Dan hal itu seperti
kembali pada pemikiran yang mengganggu dalam perjalanan saya. Hati ini serasa
ingin melakukan hal yang mungkin sifatnya memperbaiki apa yang telah dilakukan
di masa lalu. Kehampaan tersebut membuat saya bengong, jasmani ada disini, tapi pikiran, hati dan rohani ada di tempat
lain. Dan hal ini membuat hati dan pikiran saya tidak sinkron.