Minggu, 22 September 2013

Ketika Hati dan Pikiran Tak Sinkron

Mulanya dari kebiasaan pulang kampong. Ada moment liburan semester genap, dan setiap liburan semester genap ini selalu bertepatan dengan bulan puasa. Tanggal liburan sudah ditetapkan, dan planning pulang kampong pun juga sudah di persiapkan. Liburan semester genap ini agak berkurang jatahnya, karena ada kegiatan dari pihak penyelenggara yang mewajibkan untuk diikuti. Dan setelah kegiatan itu, sayapun memutuskan untuk langsung pulang kampong, tapi ada sedikit kendala yakni membuat sebuah laporan kerja dari hasil kegiatan tersebut. Setelah semuanya terasa selesai, dan haripun sudah menginjak hari pertama puasa. Dan pada hari itu pula saya pulang kampong. Seperti layaknya orang yang hendak bepergian, prepare semua yang hendak dibawa. Pukul 11.00 prepare pun sudah selesai, tinggal berangkat. Karena agen bis mengatakan bahwa bis akan tiba dan berangkat pukul 13.00, maka saya berusaha mempersiapkan diri dan bawaan sebelum jam tersebut. Dan kurang lebih pukul 12.00 saya berangkat menuju agen. Menunggu, menunggu dan menunggu itulah yang saya rasakan waktu itu, hendak menunggu bis. Pukul 13.00, bis tiba di agen, dan saya pun langsung naik dan menempati tempat duduk yang tertera di tiket. Perjalanan pulang kampong pun di mulai.
Di sepanjang perjalanan menuju kampong halaman, saya berusaha menikmatinya. Walaupun kadang ada hal yang mengganggu pikiran saya. Entah pikiran apa itu, dan pikiran itu membuat saya menjadi susah untuk tidur. Baru berangkat, seperti ada sesuatu yang benar-benar mengganjal pikiran saya. Nggak tau ada apa gerangan dengan diriku, ini bukan pertama kalinya saya merasakannya. Ada yang benar-benar saya pikirkan dan niat hati ini ingin melakukannya. Mungkin masalah laporan itu, karena baru naik bis sudah di tanyain mengenai laporan. Tapi segera aku buang jauh-jauh pikiran tersebut, karena jangka waktu untuk mengumpulkannya masih terhitung 1 bulan. Dan perihal laporan serasa sudah menghilang dari otak saya, akan tetapi perasaan itu terus, terus dan terus mengikuti di sepanjang perjalanan saya. Hal itu layaknya jasmani saya berada di dalam bis, tapi rohani saya berada di tempat yang berbeda. Saya berusaha untuk memejamkan mata, berharap bisa tidur. Tapi hal itu sia-sia saja. Dan itu semua berlangsung hingga bis tepat berhenti di rumah makan. Di rumah makan yang bertepatan dengan bedug tanda buka puasa. Di situ saya memutuskan untuk membatalkan puasa dan berbuka dengan yang ada. Setelah berbuka puasa, pikiran itu seperti hinggap kembali. Perjalanan pun berlanjut. Di malam hari, masih saja terngiang pikiran itu. Dan sekali lagi saya berusaha untuk memejamkan mata, karena hari sudah gelap dan mata ini butuh istirahat. Mungkin karena factor lingkungan, jadi saya bisa tidur cukup lelap malam itu. Dan malam itu pula yang menghantarkan saya kepada lelapnya tidur, hingga ketika bangun dan dan menyadari sudah tiba di terminal kampong halaman.
Kehidupan di kampong halaman pun di mulai. Rasanya rindu sekali dengan lingkungan sekitar. Rindu itu terasa terobati di saat hari menginjak di minggu pertama. Dan minggu-minggu berikutnya seperti hidup mulai menjadi monoton. Kegiatan yang sama setiap harinya, dari pagi hingga petang menjelang. Keseharian seperti ini membuat saya seperti hidup dalam ruang hampa yang menggambarkan kekosongan dalam hidupku. Dan disaat yang seperti itu, muncul pemikiran yang terasa begitu dekat, begitu sering dirasakan dan di pikirkan. Rindu akan tempat kota, perantauan yang mampu membuat keseharian begitu berbeda. Dan hal itu seperti kembali pada pemikiran yang mengganggu dalam perjalanan saya. Hati ini serasa ingin melakukan hal yang mungkin sifatnya memperbaiki apa yang telah dilakukan di masa lalu. Kehampaan tersebut membuat saya bengong, jasmani ada disini,  tapi pikiran, hati dan rohani ada di tempat lain. Dan hal ini membuat hati dan pikiran saya tidak sinkron.


Share:

Rabu, 11 September 2013

Hal Kecil

Mulanya pas sepulang dari kuliah, kuliah ambil yang kelas sore dan pasti pulang pun agak malam juga. Karena kampusnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.jadi setiap harinya tinggal jalan kaki, biar lebih hemat. Nah, karena jalan kaki terus sendirian, terkadang mikir bagaimana menghibur sepinya jalan malam sendiri. Nah, dari situ juga seperti kejatuhan sebuah kata-kata yang aneh-aneh, bahkan sebelumnya hal itu tak pernah saya pikirkan. Seiring dengan memikirkan hal itu, jarak menuju tempat tinggal menjadi seakan lebih dekat dan seakan ini kaki melangkah dengan cepat.

Kata tersebut “hidup itu berawal dari mimpi”. Nah, apa hubungannya sama kata-kata itu. Jadi dalam diri saya seperti ada dua tokoh yang saling berdebat, yang satu bilang hidup itu berawal dari mimpi itu benar dengan alasan yang menyertainya. Terus yang satunya lagi seperti menentang ungkapan tersebut, dengan alasan hal itu tidaklah mungkin, karena mimpi itu merupakan kebalikan dari kenyataan, seperti ada yang memimpikan orang yang sudah meninggal. Jadi itu tandanya bakalan panjang umur. Nah, itu dia hal-hal yang kecil sekalipun mampu membolak-bailkkan pikiran dan hati seseorang.

Baru setengah jalan, seperti kejatuhan lagi kata yang mungkin masih nyambung “hidup itu berawal dari pikiran”. Setiap kita melangkah, mengerjakan sesuatu yang seperti sudah reflek dari otak kita yang begitu cepat hingga kita tak pernah sadar, pernahkah kita memikirkannya sebelumnya. Setiap reflek yang diterima oleh otak yang sebelumnya melalui mata kita yang melihatnya, informasi tersebut dengan begitu cepatnya sudah nyampe ke otak, bahkan sudah kita lakukan. Ketika kita mengatakan hal-hal itu sulit untuk dilakukan, secara tidak langsung kita memberikan informasi menuju otak kita bahwa kalau dilakukan itu terasa sulit. Jadi, malah benar-benar sulit. Karena otak kita adalah controller untuk tubuh kita. Bila kita memberikan informasi menuju otak dengan kata-kata yang membuat kita sendiri terasa sulit untuk dilakukan dan enggan untuk melakukannya. Begitu pula rasa khawatir kita, kita menyadari bahwa setiap orang itu pasti memiliki rasa khawatir. Namun berapa persen kita memberikan informasi itu menuju otak, agar rasa khawatir itu mampu untuk di cegah.

Terkadang pikiran juga mampu menciptakan sebuah mimpi, yang diiringi dengan keyakinan dalam hati. Memikirkan, dan tetap fokus pada satu hal yang diimbangi dengan hati yang berkeyakinan sama dengan apa yang dipikirkan tersebut. 
Share:

Selasa, 03 September 2013

Indahnya Dunia Perkuliahan

Hari ini, bulan ini dan tahun ini Sekolah Tinggi Teknologi Indocement genap berusia 2 tahun. Usia yang mungkin bisa dibilang usia yang masih muda untuk ukuran sebuah instansi perkuliahan. Karena menurut saya pribadi yang di katakan instansi itu seperti sudah melegenda namanya. Akan tetapi dengan usia yang segitu, berarti untuk instansi perkuliahan ini baru berdiri, baru membumi, baru ada untuk di dengar, ada untuk dibuktikan kualitasnya.
Instansi perkuliahan yang pertama kali membuat impian saya terwujud dream come true, kenapa saya bilang seperti itu, karena semenjak lulus dari sekolah menengah memang saya mengidam-idamkan untuk melanjutkan ke dunia perkuliahan, tapi dengan syarat masuk dunia kerja terlebih dahulu. Dan setelah lulus pun saya berusaha mewujudkan impian dengan masuk ke dunia kerja. Kemudian setelah merasa cukup untuk menghidupi diri sendiri, kembali teringat impian saya yang tertunda yakni untuk kuliah. Dan setelah itu, cari-cari info perkuliahan yang dekat dengan tempat kerja supaya jalur aksesnya tidak terlalu rumit dan tidak terlalu memotong waktu yang cukup lama.
Syukur Alhamdulillah Tuhan telah memiliki rencana yang begitu indah. Atas izin-Nya saya mampu menggapai impian yang satu ini. Berhubung usia perkuliahan ini menginjak 2 tahun, berarti 2 tahun yang lalu saya juga ikit andil didalamnya. Dari waktu pendaftaran, perkuliahannya, event-event yang di jalani dengan teman-teman, sahabat-sahabat, orang-orang yang masing asing satu sama sama lain. Dan semua itu pasti ada advantage maupun disadvantage nya pun ikut mengiringi di setiap perjalanan. Kesan-kesan yang didapat dari perjalanan ini. Menurut saya sendiri, hal ini sangat berkesan selain dream come true bagi saya, juga menampilkan dunia perkuliahan yang selama ini ingin saya rasakan. Mungkin tidak jauh berbeda dengan dunia sekolah menengah, akan tetapi mungkin lebih berkesan bagi saya. Karena dunia perkuliahan itu merupakan sebuah perwujudan dari sebuah pilihan, bukan mengikuti keadaan. Perasaan yang seperti itulah yang ingin sekali terus tumbuh di dalam diri saya.


             


Nah, gambar tersebut merupakan bentuk dari kegiatan kami. Belajar, serius dalam memperhatikan apa yang menjadi bahan ajaran sang dosen. 
Disetiap harinya merasakan hal yang sama. Mulai dari belajar, canda tawa dengan sahabat, melakukan setiap event bersama. Selain belajar yang menjadi rutinitas, canda tawa, gurau, saling berbagi turut menghiasi kesehariannya dan menjadi pelengkap semua kegiatan. Happy Anniversary STTI J
Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.