Mulanya
pas sepulang dari kuliah, kuliah ambil yang kelas sore dan pasti pulang pun
agak malam juga. Karena kampusnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.jadi
setiap harinya tinggal jalan kaki, biar lebih hemat. Nah, karena jalan kaki
terus sendirian, terkadang mikir bagaimana menghibur sepinya jalan malam
sendiri. Nah, dari situ juga seperti kejatuhan sebuah kata-kata yang aneh-aneh,
bahkan sebelumnya hal itu tak pernah saya pikirkan. Seiring dengan memikirkan
hal itu, jarak menuju tempat tinggal menjadi seakan lebih dekat dan seakan ini
kaki melangkah dengan cepat.
Kata
tersebut “hidup itu berawal dari mimpi”. Nah, apa hubungannya sama kata-kata
itu. Jadi dalam diri saya seperti ada dua tokoh yang saling berdebat, yang satu
bilang hidup itu berawal dari mimpi itu benar dengan alasan yang menyertainya. Terus
yang satunya lagi seperti menentang ungkapan tersebut, dengan alasan hal itu
tidaklah mungkin, karena mimpi itu merupakan kebalikan dari kenyataan, seperti
ada yang memimpikan orang yang sudah meninggal. Jadi itu tandanya bakalan
panjang umur. Nah, itu dia hal-hal yang kecil sekalipun mampu membolak-bailkkan
pikiran dan hati seseorang.
Baru
setengah jalan, seperti kejatuhan lagi kata yang mungkin masih nyambung “hidup
itu berawal dari pikiran”. Setiap kita melangkah, mengerjakan sesuatu yang
seperti sudah reflek dari otak kita yang begitu cepat hingga kita tak pernah
sadar, pernahkah kita memikirkannya sebelumnya. Setiap reflek yang diterima
oleh otak yang sebelumnya melalui mata kita yang melihatnya, informasi tersebut
dengan begitu cepatnya sudah nyampe ke otak, bahkan sudah kita lakukan. Ketika kita
mengatakan hal-hal itu sulit untuk dilakukan, secara tidak langsung kita
memberikan informasi menuju otak kita bahwa kalau dilakukan itu terasa sulit. Jadi,
malah benar-benar sulit. Karena otak kita adalah controller untuk tubuh kita. Bila
kita memberikan informasi menuju otak dengan kata-kata yang membuat kita
sendiri terasa sulit untuk dilakukan dan enggan untuk melakukannya. Begitu pula
rasa khawatir kita, kita menyadari bahwa setiap orang itu pasti memiliki rasa
khawatir. Namun berapa persen kita memberikan informasi itu menuju otak, agar
rasa khawatir itu mampu untuk di cegah.
Terkadang
pikiran juga mampu menciptakan sebuah mimpi, yang diiringi dengan keyakinan
dalam hati. Memikirkan, dan tetap fokus pada satu hal yang diimbangi dengan
hati yang berkeyakinan sama dengan apa yang dipikirkan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar