Satu
hal tak ingin saya ungkapkan dan memikirkannya lagi, lagi dan lagi. Karena hal
ini menyangkut berbagai aspek yang mungkin mengedepankan hak asasi manusia
sebagai makhluk pribadi. Hal yang tak ingin saya rasakan dan keluhkan kepada
siapa saja, privasi diri, masalah kompleks, kepentingan pribadi, hingga hal-hal
yang lain. Memang setiap orang memiliki hak untuk itu semua, hak untuk diri
sendiri, orang lain, melakukan hal, hingga dapat dikatakan inilah kepentingan
pribadi orang.
Muncul sebuah pertanyaan didalam
pikiran saya, tidakkah engkau sedikitpun memikirkan?? Tidakkah engaku anggap
adanya seseorang? Tidakkah ada rasa khawatir? Dan bentuk pertanyaan-pertanyaan
lain yang aneh-aneh dan sedikit gila. Entah bagaimana hingga saya memikirkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang pasti tanpa dorongan tidak mungkin
pertanyaan itu timbul dengan sendirinya. Memang saya sadari bahwasanya saya
hidup cenderung sendiri, hanya pas ada sebuah event atau apalah itu namanya yang menjadi kegiatan saya, itupun
hanya dalam hitungan waktu dan tidak mungkin secara terus berlangsung.
Dan waktu itupun secara sadar tak
mampu menjadikannya sebagai sebuah jalan keluar yang sebenarnya. Didalam diri
saya sendiri ada keinginan yang sangat ingin saya capai yaitu membuang
jauh-jauh pemikiran yang bersifat seperti itu. Dan saya pun menayadi bahwa saya
sendiri bukan tipe orang yang sesalu bersikap dan berpikir optimis, hanya
pemikiran pesimislah yang sealu timbul dalam pikiran saya. Yang sebenarnya saya
inginkan hanya ingin meyakinkan diri saya sendiri bahwasanya saya hidup ini
tidak sendiri, masih banyak orang yang ingin sekali membantu saya, menolong
saya. Dan tak mau untuk selalu memikirkan kalau saya itu orang yang paling
menderita/semacamnya.
Kembali kepada pokok
permasalahan, mungkin bukan tempat yang pas untuk sebuah curhatan atau keluhan
dengan adanya tulisan ini. menurut saya pribadi mungkin hanya inilah yang dapat
saya rasakan dan ingin kan untuk menjadikannya sebuah tulisan, terlebih lagi
sifat saya yang mungkin kurang terbuka untuk mengungkapkannya, dan hanya ingin
dipendam oleh saya sendiri dan terus dipendam tanpa ada jalan keluarnya.
Pertanyaan-pertanyaan itulah yang
mewakili apa yang saya rasakan, tidakkah engkau meluangkan waktu walaupun
sedikit untuk memberikan kabar atau semacamnya, yang mungkin dapat saya terima
sebagai perasaan lega. Saya akui memang setiap orang itu memiliki kesibukan
sendiri, menentukan jalannya sendiri, urusan sendiri, memiliki kehidupan
sendiri. Akan tetapi muncul berbagai pemikiran yang mengatakan bahwa ada sebuah
keinginan yang ingin sekali orang itu merasa ada dan dianggap oleh orang lain
terlebih lagi kepada orang yang mungkin special bagi dirinya.
Perasaan apa yang mungkin akan
terasa disaat ada hal yang demikian? Rasa kecewa kah? Marah kah kita? Ada
dendam kah? Apa malah ingin terus menghindar dan menyerah? Dalam arti ya
sudahlah, cukup dibiarkan saja? Mungkinkah ada jawaban yang mampu meyakinkan
saya terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Saya tidak mau menunjuk,
menyindir, dan kalo di jaman sekarang nge-mention
. Harus saya akui memang saya orangnya tak memilirkan dulu secara jernih
titik permasalahannya, hanya langsung berpikiran demikian. Berbagai masukan,
kritik saran yang datang kepada saya dan saya pun hanya mendengarkan saja
sebagai bentuk untuk menghargai dan menghormatinya. Setiap kritik dan saran itu
tak satupun yang saya ambil untuk merubahnya. Hanya sebuah keinginan yang tak
kunjung selesai. Berhentikah harapan saya untuk mencoba mewujudkannya yaitu
dengan merubahnya. Jika benar demikian, saya akan mencoba untuk lebih aktif
dalam mengingatkan, dan semoga ada sebuah harapan baru dalam hal tersebut. Dan
kata terakhir untuk menutup “ saya tak mungkin dapat merubah seseorang tanpa
kita mulai dari diri saya sendiri”.