Jumat, 07 Desember 2018

Secangkir Teh Poci dan Nasi Goreng Tiwul Veteran

Berawal dari penasaran pas melintasi jalan Veteran – Sukoharjo ada tenda berwarna biru di pinggir jalan dengan papan nama bertuliskan beberapa menu makanan & minuman yang tersaji/dapat di pesan disitu, tulisan yang cukup besar berharap ada beberapa pelintas yang sengaja berhenti dan memesan makanan. Bukan tempat bertenda yang wah banget, hanya biasa saja seperti tenda tenda yang lain hanya saja menu makanan yang di jual berbeda. Dan hanya sepintas saja saya melihatnya, tapi terkadang yang sepintas itu bikin penasaran untuk mampir dan mencicipi.
Nasi goreng tiwul. Ya, tulisan yang tertata rapi di sebelah kanan dan depan gerobak bapak penjualnya dan tak luput juga tulisan menu yang lain, nasi goreng biasa, mie goreng, mie kuah dan teh poci. Memang baru kedua kalinya saya melihat papan nama itu, karena memang pas ada moment pulang kampung saja, dan kadang juga akses jalan pulang nggak melulu lewat jalan veteran itu. Tapi malam itu saya minta ke adek untuk lewat jalan tersebut karena memang niat saya pengen mencicipi nasi goreng tiwul dan karena menu makan malam ibu di rumah sudah habis (jam 9 malam) jadi tak putuskan untuk cari makan malam bareng adek di sana. Nah, ini yang menjadi tantangan nya, karena hanya sepintas melihat jadi belum tau persis posisi tenda itu. So, sedikit menahan laju motor agar sempat melihat spanduk berwarna hijau itu.

Ambil sen kiri dan belok kiri, langsung sampe. Mulai pesan makanan, sego goreng tiwul e taksih, pak? – nasi goreng tiwul nya masih, pak? disaut oleh bapaknya taksih, - masih. Pesen setunggal nggih pak, teng mriki mawon, - pesan satu ya pak, makan disini saja. Nggih mas, saut bapaknya – mang lenggah riyen teng mriko – ya mas, saut bapaknya – silahkan duduk dulu disana (sambil menunjuk tempat lesehan biasa para pelanggan menikmati makanan). Saat mau duduk ada anaknya yang menanyakan/menawarkan untuk pesan minum apa, ngunjuk e nopo mas? – minumnya apa mas? Tawar anak itu. Teh manis anget – teh manis hangat jawabku. Selang beberapa menit minuman yang di pesan datang – sambil menunggu bapaknya memasak nasi gorengnya. Teh poci, ya nggak tau kenapa yang datang cangkir kecil dengan didalamnya ditaruh gula batu dan irisan jeruk nipis disandingkan dengan sebuah teko kecil penuh air teh didalamnya – hangat. Ternyata ini yang tertulis di spanduknya – tersedia teh poci. Saya kira akan sama seperti tempat makan bertenda lain kalo teh hangat/es itu tetap segelas penuh air teh yang mengebul ngebul uap di atas gelas, tapi disini ternyata beda, dan sepertinya khusus untuk teh manis hangat saja yang disajikan seperti itu, karena ada pembeli juga memesan es teh manis dan itu disajikan dengan gelas berukuran 300ml bukan cangkir dan teko.
Dari penampakan sego goreng tiwul ini seperti nasi goreng biasa karena dimasak dengan digoreng jadi nasi tiwulnya ini nggak keliatan bedanya dengan nasi putih. Tapi dari rasanya begitu terasa khasnya nasi tiwul, dan bukan nasi putih. Dengan memesan tingkat pedas hanya sedang jadi nggak terlalu pedas tapi juga sedikit bikin nyegrak, mungkin dari penggunaan cabe rawitnya. Visual yang lain, nasi goreng tiwul ini sedikit lebih kering jika dibandingkan dengan nasi goreng yang biasa saya beli, sekering keringnya nasi goreng biasa ini cukup kering untuk ukuran nasi goreng dan saya suka dengan itu. Rasa dari nasi goreng tiwul ini hilang seketika saat saya sruput teh poci hangat, manis yang bercampur dengan masam jeruk nipis jadi sedikit ada segarnya teh poci itu. Dan dengan gula batu didalamnya, menambah rasa manis yang awet dan terasa masih ada di lidah.

Share:

Senin, 26 November 2018

Manisnya Roti Widoro

Oleh - oleh atau juga buah tangan yang sering kali menjadi bahan untuk saling berbagi pengalaman, inspirasi bagi orang yang belum pernah berkunjung dan menjadi suatu bentuk yang dicari jika berkesempatan berkunjung. Oleh - oleh juga bisa saja dari yang khas daerah tersebut entah itu bentuknya makanan, minuman atau bahkan bukan keduanya. Dan yang khas ini terkadang menjadi pengingat pengalaman sempat mengukir kehidupan di daerah itu.

Salah satu yang akan saya bahas ialah roti widoro atau sering di sebut roti kepuh. Roti kepuh, nama yang diambil dari daerah asal pembuatan roti itu yakni Desa Kepuh, Nguter, Sukoharjo. Sukoharjo, ya itulah kabupaten tempat lahir saya, tanah kelahiran saya dan selama kurang lebih 20 tahun saya tinggal disana. Roti widoro, roti yang dikenal sewaktu saya kecil di gunakan sebagai bingkisan/buah tangan saat ada hajatan, lebih sering hajatan bentuk pernikahan. Roti dengan ciri - ciri kotak berukuran 10x10 cm, terlihat kering diluar, berwarna coklat hasil dari panggangan, rasa manis lebih dominan, dengan tulisan Roti Widoro yang terbuat dari krim diatasnya dan kadang di sangkutpautin dengan cita rasa beberapa orang jawa tengah yang memang penyuka rasa manis. Perubahan trend penggunaan roti sebagai bingkisan nikahan di era sekarang ini yang sedikit pengaruh juga dengan harga yang memang cukup tinggi dibandingkan dengan saat masih menggunakan roti.

Walau setiap bulan saya pulang kampong, tapi tidak setiap pulang itu juga saya membawa roti yang satu ini sebagai oleh - oleh, Karena tidak jarang yang kurang suka dengan rasa manis yang dinilai berlebih. Intinya sesuai request saja, kalo ada yang tiba tiba pengen dan mention ya baru beli dan juga karena saya juga kurang suka yang manis berlebihan.

Roti ini bisa dinikmati dengan sajian secangkir kopi atau teh karena sebagai penetral sama rasa manis dari roti itu. Ya, itu juga tergantung sama pribadi masing masing gimana cara menikmatinya. Saat di gigit rotinya, langsung di sruput teh tawar nya dan terasa manis di lidah karena perpaduan keduanya. 
Share:

Senin, 05 November 2018

Mencicipi Mie Colot - Cirebon


Buat para penggemar mie, bisa di coba salah satu jajanan yang ada di Cirebon ini selain mie koclok. Mie Colot. Setelah mie koclok, saya beralih ke mie colot entah nama nama yang aneh untuk sebuah menu makanan. Salah satu jajanan yang buka pukul 10 pagi sampai 9 malem ini bertempat di Jl. Pekalangan, Kota Cirebon menjadi destinasi kuliner yang bisa di coba di malam hari (lebih enak) karena suasana yang lebih dingin untuk keluar keluar dibanding siang hari dan jalanan cenderung tidak crowded.

Mie Colot, sajian mie seperti mie ayam namun tanpa kuah dengan jenis mie yang lebih pipih dibanding mie ayam dengan varian 3 rasa (asin, sedang dan manis) plus topping/tambahan seperti siomay, bakso dan tahu bisa memilih salah satu tambahan atau semuanya alias paket komplit. Dari daftar menu yang disajikan ada berbagai varian, dari mie yamin paket super komplit, paket komplit, tambahan tahu, bakso atau siomay.

Pas liat daftar menu, langsung pilih yang paket komplit dengan tambahan 2 siomay, 1 butir bakso dan 1 buah tahu putih dengan kuah. Mie dengan ukuran yang lebih pipih dibanding mie telor atau mie ayam ini kebayang rasanya akankah seperti bihun dan sejenisnya tapi setelah dicoba ternyata rasanya seperti mie ayam biasa bukan mie bihun walaupun bentuk nya agak pipih. Satu menu lagi untuk tambahan siomay, bakso dan tahu disajikan dalam mangkok kecil dengan kuah bening. Kuah yang cukup seger pas di sruput dan lagi emang saya doyan makanan yang berkuah terutama kuah bening. Coba ambil siomay, rasa ikan dalam siomay kerasa banget, untuk bakso ya sama seperti bakso bakso yang biasa saya makan dan begitu juga tahu isi mirip dengan tahu isi yang ada di campuran siomay.

Saat pertama nyobain mie itu pas saat pulang dari dinas luar kota dan waktu masih menunjukkan pukul 7 malam (masih sempat) sama satu teman. Awalnya cuman pengen nyobain sendiri tapi setelah coba nawarin temen ternyata dia pengen nyobain juga. Dan emang teman saya ini asli cirebon, tapi belum pernah ngerasain mie colot atau bahkan nggak tau ada makanan itu. Yaudah, setelah sampai di stasiun Cirebon langsung saja ke stand jajanan itu yang nggak buka cabang di tempat lain. Kalo liat tempatnya sih bukan tempat yang di dalam ruko atau tempat yang permanen tapi hanya di pinggir jalan seperti penjual nasi goreng yang beratapkan tenda dan beralaskan cor trotoar dengan spanduk bertuliskan Mie Colot – Mie Yamin 3 rasa. Di tempat itu ada 2 stand mie colot, entah itu rekanan atau sebaliknya, yang pasti beda tenda tapi saling berhimpitan, bersebelahan.
Kurang lebih 40 menitan saya disana, cukup untuk mengobati penasaran sama menu sajian mie yang ada di Cirebon ini. Nah, untuk harga 1 porsi mie yamin paket komplit di bandrol dengan harga 28k, dan untuk menu paket lain rata rata di 20 ribuan. Untuk tambahan minuman disana juga disajikan berbagai minuman, dari jus buah dan yang lokalan seperti teh (es/hangat), jeruk (es/hangat) dan lain lain.
Share:

Senin, 29 Oktober 2018

Jalan Bambu Hutan Mangrove


Taman Hutan Mangrove, salah satu taman mangrove yang ada di Jakarta, daerah Pluit – Jakarta Utara Pantai Indah Kapuk tepatnya. Sebuah taman mangrove yang di kelola dan di budidayakan oleh pemerintah daerah yang menjadi salah satu destinasi wisata pas liburan ataupun bukan liburan.


Bermula dari iseng dengan melihat lihat postingan di media sosial tentang destinasi ini. Dari hasil jepretan dan sedikit edit tentu saja menarik perhatian siapapun, termasuk saya yang penasaran untuk pergi menjelajahi wisata itu. Coba kontak temen temen yang ada di jakarta, cari info dan ‘cari temen main’ biar bisa di ajak ngobrol saat udah disana. Tapi dari semua teman yang ada di Jakarta, semuanya bilang ‘nggak mau’ dengan berbagai alasan yang sifatnya menolak ajakan saya. Yah, itulah problematikanya. Tapi bukan karena itu saya nggak jadi pergi tapi karena itu juga saya merubah dan buat schedule lagi. Cari cari waktu luang dan tentu saja bukan weekend yang pasti padet banget area ibukota. Tapi jadi sepi banget kalo weekday di taman mangrove ini. Cukup luangkan waktu sehari untuk melakukan perjalanan Cirebon – Jakarta bolak balik. Start pagi hari dan pulang malam hari.

Akses menuju taman ini cukup mudah (pake aplikasi ojek online) dan ribet kalo naik transportasi umum karena tentu saja nggak sekali dua kali ganti kendaraan umum. Jadi saya pilih yang cukup mudah saja, bermodalkan 25 ribu sudah sampai di depan gerbang. Dan nambah 25 ribu lagi untuk tiket masuk. Sekedar info, untuk tiket masuk yang sudah di beli jangan langsung dibuang dan perlu disimpan sebentar karena sebelum masuk area mangrove tiket masuk di cek ulang oleh petugas. Dan dilarang membawa kamera tambahan (selain kamera bawaan dari HP) kalo tetep mau bawa juga nanti kena charge (bayar untuk biaya kamera). Selain itu juga nggak perlu bawa makanan, karena di dalam tersedia berbagai macam makanan dan minuman (nggak usah khawatir).

Saat masuk area disambut dengan stand makanan & minuman dan penginapan. Setelah itu para wisatawan bebas memilih area mana yang mau di kunjungi (tentu ada petunjuknya). Yang menariknya ada pendopo yang berdiri megah disana sebagai pusat untuk berkumpulnya kegiatan/event (kalo ada). Setelah itu bisa menjajaki jalan berbambu dan berkayu yang mengeluarkan suara kreket..kreket setelah kita injak. Dan memang akses untuk menikmati hutan mangrove itu melalui jalan/jembatan bambu. Entah mau menikmati pohon mangrove atau berburu spot tempat yang instragam able (jaman now).


Cukup memakan waktu 2 jam untuk sekedar jalan jalan, dan ambil beberapa foto di beberapa latar belakang spot. Jeleknya untuk pelancong sendiri itu nggak ada yang bisa di mintain foto kalo lagi pengen yang nggak selfie (seluruh badan atau yang candid). Tapi semua itu sirna karena ada salah seorang dari pemerintah daerah melancong kesitu juga untuk mengobati rasa isengnya. Jadi, saling ganti gantian foto saja. Setelah dirasa cukup, waktu untuk kembali dan melanjutkan perjalanan. Dan saya sangat beruntung ketemu sama dari pemda ini, karena beliau bersedia berbagi tumpangan karena memang searah sama tujuan saya. Uang 25 ribu masih tertata rapi di dalam saku karena jadi nebengers.

Ya setidaknya sudah terobati rasa penasaran akan tempat itu. Kalo nanti memang pengen main kesana lagi juga ayo aja.

Share:

Selasa, 18 September 2018

Menjajaki Olahan Tradisional Cirebon



Docang, sebutan jenis olahan dari Cirebon ini dibuat dari perpadauan antara lontong, toge, rebusan daun singkong dan diguyur kuah yang sedikit agak berwarna cokelat kemerahan dan nggak lupa ditambah sedikit parutan kelapa untuk menambah rasa sedap dan sebagai pelengkap ditambah beberapa buah kerupuk. Kerupuknya pun nggak sembarang kerupuk, melainkan kerupuk jadul yang menambah rasa asin di masakan dan bisa juga ditambah beberapa sendok sambal tergantung untuk penikmat makanan pedas.

Docang: Kuliner Unik dari Cirebon

Olahan makanan ini pertama kali saya rasakan pas diajak gowes di acara car free day yang diadakan seminggu sekali di area alun alun kota Cirebon. Karena saya pendatang baru, jadi untuk lebih kenal sama cirebon diajaklah mencicipi makanan tradisional yang satu ini. Dan juga kenalin event mingguannya. Menurut ceita, memang tempat makan docang yang satu ini cukup terkenal dan menjadi tempat favorit para penikmat kuliner. Terbukti pas sedang markir sepeda, berjejer markir roda empat yang klimis klimis alias kinclong dan nggak kalah sama tempat duduknya yang begitu rame berbaris menyamping orang orang sedang menyendok docang. Nah, untuk kedua kalinya saya sengaja mau nyobain lagi makanan itu karena pas hari libur kerja dan emang nggak ada kegiatan di pagi hari. Ya, pagi pagi pun harus rela berangkat karena akan tutup nggak nyampe jam 12 siang. Jadi ya paling nggak bisa kesitu jam 9 an. Docang Ibu Kapsah, bertempat di Jl. Siliwangi, Cirebon.

Nggak cuman docang aja yang menjadi olahan makanan/jajanan khas cirebon, ada juga kerupuk yang mungkin cuman ada di cirebon. Kerupuk sambel. Itulah sebutan kerupuk yang satu ini. Secara fisik seperti kerupuk pada umumnya yang krenyes dan renyah saat di gigit/dikunyah. Selain itu juga kerupuk ini ada beberapa warna, ada yang merah jambu, cokelat muda dan mungkin cream. Tapi tenang saja, krupuk ini tidak memakai perwarna buatan. Seperti sebutannya kerupuk satu ini memang cocok banget kalo di colekkan sambel, di olesin diatas kerupuk dan langsung bisa di nikmati.

Ada juga Tahu Petis. Tahu olahan cirebon ini nampak seperti tahu yang cukup kita kenal, ya tahu sumedang. Karena bentuk fisik yang mirip kotak kecil seukuran tahu tahu yang ada dipasaran namun memiliki warna yang lebih terang jika dibandingkan dengan tahu sumedang. Tahu ini bisa dinikmati dengan sambel, entah itu sambel apa, cuman bentuk fisiknya seperti jeli yang lembut tapi rasanya pedas mungkin cara olahnya di halusin maksimal. Dan cara nikmatinnya itu langsung di colek saja tahunya ke sambel. Untuk para pecinta pedas bisa colek sambelnya yang agak banyak, tapi kalo yang kurang suka pedas bisa dicoba dikit saja, karena walaupun sambel nya keliatan dikit (bungkus kecil) tapi rasanya cukup pedas.

Share:

Selasa, 14 Agustus 2018

Es Tawuran

Ngebahas soal kuliner nggak akan ada habisnya, begitu juga kuliner yang ada di Cirebon ini. Walaupun saya bukan pemburu kuliner, tapi setidaknya pernah jadi orang yang ngerasain salah satu atau dua makanan yang ada di sini. Sebenarnya saya tergabung di grup yang sedikit banyak bahas tentang masakan ataupun makanan yang recommended buat di cicipi, tentu dengan nilai yang minimal estede. Std, ya std adalah sebutan untuk penilaian terhadap makanan yang dicicipi, kalo sehabis mencicipi makanan langsung memberikan penilaian terhadap rasa (terutama) dan mungkin juga harga.

Udara atau cuaca musim kemarau di Cirebon itu sungguh masya allah, serasa ingin selalu minum yang dingin dingin. Bukan di waktu siang saja, tapi di waktu malam hari pun juga masih ngerasain hawa gerah. Tak hayal kipas angin di kosan non stop muter terus. Hanya di waktu subuh saja udara serasa menyejukkan, dingin nggak tapi panas atau gerah juga nggak. Sejuk.

Nah, kalo ngebayangin soal minuman dingin. Di Cirebon punya menu minuman yang pas tapi nama es itu kayak nama melakukan perbuatan kriminal. Es Tawuran. Iya, es yang satu ini bisa jadi menu untuk di minum pas lagi udara panas, atau cuman sekedar mencicipi saja. Es dengan tampilan mirip dengan es campur atau sop buah ini memang cukup jadi andalan di sini. Es yang disajikan dengan mangkok seperti pecahan batok kelapa ini menawarkan berbagai campuran buah yang segar dan beberapa potongan agar agar. Dan tak ketinggalan juga siraman dari susu kental manis yang menambah rasa manis dan segar. Awas kena diabetes. Walaupun tampilan es tawuran sama sop buah itu mirip mirip, tapi kalo rasa pasti beda. – nggak bisa di tuliskan di sini gimana rasanya - . Kalo mau tau rasanya, silahkan main ke Cirebon dan nyobain, saya bersedia nganterin kalo pengen di anter. Bahkan ada yang bilang, itu salah satu es yang enak yang ada di Cirebon, kata seorang perantau yang sempet juga mencicipi es tersebut.

Jadi, yang mau nyobain beberapa kuliner yang ada di Cirebon silahkan datang dan kunjungi dan juga cicipi kulinernya. Untuk es tawuran, bisa kalian temukan di Plered, tepatnya di jalan Fatahilah, desa Weru Cirebon.

Share:

Jumat, 10 Agustus 2018

Late Post - Less Post


Juli, entah bulan yang padet sama jadwal kegiatan sehari hari atau sebaliknya yang malah longgar sekali. Tapi entah kenapa pas buka blog postingan di bulan juli itu nihil tidak ada satupun postingan yang terpampang di wall blog. Bukan nggak sempet bikin, tapi emang nggak ada bahan yang berarti buat di pampang di wall, karena saya pun bukan seorang yang mahir buat cerita cerita, yang mahir kata menjadi kalimat yang berujung beberapa paragraf yang bisa dinikmati para pembaca ‘nyasar’ yang dermawan. Para pembaca yang dermawan meluangkan waktu untuk sekedar click postingan dan baca baca satu dua kalimat yang mungkin bisa membawa pada keadaan dimana bisa ‘merasakan’ keadaan penulis saat itu juga.

Dan sekarang pun sudah 10 hari melewati bulan ke-8 di tahun 2019 ini yang nggak tau bakal gimana nantinya, masih misteri. Jujur memang saya berprinsip kalopun nggak banyak posting, tapi setidaknya 1 postingan mewakili di tiap bulannya. Tapi ya, mau gimana lagi emang kepentok sama hal hal yang dibuat seakan akan sibukk. Nulis itu juga butuh niat, pikiran yang rileks dan yang lain. Malah saya pernah denger di sebuah cuplikan film yang disitu ….justru saat seperti ini akan melahirkan tulisan tulisan yang nantinya jadi mashur dan terkenal. Kata seperti ini berarti suasana hati yang lagi nggak tenang, habis di terpa rasa yang kurang mengenakkan, kekecewaan, putus asa. Memang betul jika suasana hati sangat berpengaruh sama tulisan yang dihasilkan, tapi nantinya tulisan itu jadi tulisan yang bersifat demikian, ada rasa campur aduk, galau, depresi.

Juli, bulan yang membuat saya harus merubah pola hidup, pola keseharian, pola tidur, pola makan dan aktivitas lain. Bulan yang bahkan saya pun mulai sedikit lupa sama hari, hanya teringat jadwal saya setiap harinya yang berpola 2-2-2. Shift. Ya, karena perubahan dari normal menjadi ‘nggak normal’. Yang teringat hanya setelah saya pulang pagi yang ke-2 berarti saya holiday. Dan waktu berjalan begitu saja sampai nantinya jadwal saya pulang kampung dan harus berlama lama di atas alat transportasi yang berjalan di atas tatanan besi memanjang, merasakan rasanya nggak nafsu makan, walaupun perut sudah bergejolak keroncongan, hanya sesekali diredakan dengan tenggukan air mineral. Merasakan dinginnya air conditioner yang membuat saya sampai menggigil nggak tentu, duduk bertekukkan lutut yang sesekali meluruskan kalo ada celah dengan yang lain.

Share:

Selasa, 26 Juni 2018

Sepanjang Jalan Di Pantai Sepanjang


Pernah kebayang nggak kalo nggak ada niat buat piknik tapi ternyata setelah ketemu diajakin piknik? Ya mau nggak mau sih (dalam hati), mau dan yakin ikut kalo udah dapet tempat duduk/sebelumnya udah booking, tapi nggak maunya karena khawatir nggak dapet tempat duduk (dadakan soalnya). Sampai akhirnya malam sebelum berangkat ada tawaran kursi kosong karena ada yang cancel, tambah yakin buat ikut, tapi sampai pagi mau berangkat masih enggan untuk berangkat alias setengah hati mau piknik. Karena udah terlanjur bilang ‘iya’ ya harus berangkat, kalo nggak kan sayang tempat duduk yang udah dibayar.

Pagi jam 7 udah harus siap siap untuk berangkat, dan tepat jam 7 juga saya dan rombongan udah ready. Absen penumpang, clear dan berangkat. Dalam perjalanan belum tau kemana tujuannya, cuman di kasih tau nanti bakal piknik ke Gunung Kidul, yang terbayang pasti mau ke pantai tapi nggak tau pantai mana yang mau dituju (karna pantai gunung kidul itu pantainya banyak banget) kalo nggak spesifik barang kali nanti pantai yang di tuju ternyata udah pernah dikunjungi sebelumnya.

Pantai, kebayang bakal main air, main ombak, minimal pasti basah walaupun nggak sekujur tubuh basah. Dan niatnya dari rumah sampe disana cuman mau liat liat aja sama menikmati suasana, alhasil nggak bawa baju ganti dan perlengkapan lainnya. Tapi nyatanya sampe disana malah nyebur, bahkan nggak mikirin lagi nanti mau ganti baju pake apa. Cuman modal celana kolor aja, lepas celana panjang, lepas sandal, lepas jaket dan lepas diri nyebur ke laut bermain dengan ombak dan air asin bahkan sampe di ajakin naik kapal nelayan untuk nyobain keliling agak ke tengah laut. Puas.

Oh iya, kembali dulu bahas pantai. Setelah nanya nanya ke temen pantai yang mau di tuju nanti itu adalah Pantai Indrayanti. Tapi bukan pantai itu yang tertulis di papan nama setelah bis masuk dan parkir. Pantai Drini. Itulah realita pantai yang dituju. Ekspetasi jelas berbeda sama realita. Tapi its oke nggak masalah, yang penting pemandangan pasir putih di situ nggak beda sama pantai indrayanti.

Nggak akan terasa manis kalo belum ngerasain pahit. Mungkin itu kalimat yang pas buat ngewakilin gimana serpak terjang perjalanan hingga sampai tujuan. Pertama, macet itu pasti karena memang lagi dalam kondisi lebaran pasti nggak mungkin nggak macet karena jalanan rame para pelancong lainnya juga. Kedua, kondisi kendaraan. Iya, karena transportasi kesana itu menggunakan bis jadi itu juga menjadi bahan kenapa harus ngerasain pahit dulu. Bis yang kita gunakan ternyata tidak dalam kondisi prima dan di tengah perjalanan sudah hampir 5 kali berhenti (padahal belum nyampe tujuan) untuk pengecekan kondisi bis (mulai dari kebocoran jalur solar, perseneling yang nggak mau dipindah, dan yang lain) bahkan kalo di hitung hitung, durasi stop karena macet sama karena ‘mogok’ itu lebih banyak memakan waktu bis ‘mogok’. Tapi syukur alhamdulillah nggak ada yang lebih parah dan kita serombongan selamat sampai kerumah kembali.

Pantai Sepanjang, destinasi berikutnya setelah Pantai Drini. Penampakan pantai sepanjang ini masih sama dengan tampak pasir putih yang menyelimuti pantai, hanya saja tampak begitu banyak karang karang yang tidak tertutup air. Awalnya saya dan satu temen saya berniat nyebur juga di pantai ini, tapi setelah sampai dan melihat sekilas seperti pasir item jadi kita urungkan niat untuk nyebur. Dan ternyata ekspektasi apa yang saya lihat item itu bukan berasal dari pasir pantai, melainkan karang yang muncul di permukaan. Bahkan para pelancong yang lain juga hanya bermain air di atas karang itu, bukan sambil berenang hanya ingin merasakan ombak yang sampai di tempat mereka berpijak. Tak beda jauh dengan saya dan temen lain.

Lengkap sudah dua destinasi pantai Gunung Kidul melengkapi liburan lebaran saya yang bahkan itu menjadi agenda lebaran bisa ‘piknik’ saya setelah beberapa tahun yang lalu nggak pernah ngelakuin bahkan rencana aja nggak. Dengan rencana/kabar dadakan saja sudah cukup untuk menambah kumpulan foto yang nantinya menjadi cerita dan kenangan bahwa hal itu sempat terjadi di masa lalu.

Share:

Kamis, 10 Mei 2018

Kapan Wisuda?



Kapan wisuda, pertanyaan paling jleb nomor 2 setelah pertanyaan “kapan nikah”. Dan nambah jleb lagi karena begitu banyak orang orang merayakan dengan memposting topi wisuda alias toga di berbagai macam media social. Dan karena musim ini memang musim para mahasiswa tingkat akhir dan mahasiswa yang jadi wisudawan/ti menggelar kesibukannya. Kembali kalo ditanya “kapan wisuda?“ dengan tegas menjawab dengan jawaban datar – entah kapan, belum sempet dipikirkan. Bukan hanya masalah khayalan kalo bakal ngerasain di wisuda – memakai jas/pakaian lain yang sesuai dengan tema wisudaan dan banyak temen temen yang pada hadir memberikan berbagai buah tangan – bunga, coklat, kado dan apalah itu jenisnya dan nggak kalah seru nya ialah foto dengan berbagai macam gaya – gaya formal, bebas alay – padahal semua gaya itu sama aja kalo pas bergaya.

Sebenarnya kedua pertanyaan ini berbeda di yang mana lebih duluan. Kapan nikah, kalo udah ada calon dan udah nyiapin berbagai kebutuhan menjelang pernikahan itu tinggal deal dealan dengan waktu akad/resepsi. Ini terbukti beberapa temen saya seangkatan ‘kuliah’ yang udah nikah dulu sebelum wisuda. Paling deket kemarin ada temen saya jauh diluar pulau – tapi masih di Indonesia yang melangsungkan pernikahan – selamat ya. Ada juga yang udah sekitar 2 bulan yang lalu dan beberapa bulan yang lainnya. Ah, malah tambah jleb kalo nulis paragraph ini. Mungkin dalam pikiran dan pertimbangan mereka, melangsungkan akad di waktu yang tepat – dengan kesiapan itu nggak perlu ditunda tunda lagi. Dan itu lebih baik daripada hanya berkhayal soal wisuda yang entah kapan itu akan terwujud.

Kapan wisuda, ah entah kapan, dipikirkan saja belum. Bukan nggak mau memikirkan soal wisuda – persiapan wisuda tapi memikirkan masih ada beberapa semester lagi yang perlu dilalui untuk bisa sampai di tingkat wisuda saja masih belum terbayang. Selagi masih ada transfer nominal per bulan nya itu berarti tanda bahwa masih jadi calon wisudawan belum sah karena belum akad. Dan kalo nanya ke teman lain – kita masih berapa semester lagi? Itu saja udah malah temen yang jawab pun nggak tau berapa semester lagi.

Bukan mau iri atau dengki melihat mereka yang udah lulus, tapi hanya ngebatin dan elus dada “saya kapan ya” dan ngebayangin perjuangan jungkir balik untuk sampai ditingkat itu. Bersyukur untuk pencapaian saya sampai sekarang dan lebih bersyukur lagi dengan berbagai halang rintang, jungkir balik sana sini untuk sampai sekarang ini. Mungkin belum waktunya untuk saya alami proses wisuda ini, masih ada beberapa proses lagi yang perlu saya lalui dulu sebelum wisuda. Dan mungkin saya setuju dengan lagu nya salah satu penyanyi dangdut – indah pada waktunya. Akan indah pada waktu dan tempat yang tepat.

Share:

Selasa, 24 April 2018

Candi Cetho


Peninggalan sejarah, merupakan bukti bahwa ada kehidupan sebelum sekarang. Terbukti dengan benda benda peninggalan yang masih bisa di nikmati sampai sekarang. Entah benda itu sebelumnya sudah nampak begitu saja atau perlu di cari cari lebih dalam dengan mempelajari sejarah itu sendiri. Candi. Salah satu peninggalan sejarah yang masih bisa dinikmati hingga sampai saat ini. Bukti nyatanya ialah candi Borobudur, prambanan dan berbagai candi yang mungkin nggak belum terlalu dikenal kalangan sekarang. Sebenarnya cukup banyak juga nampak candi candi kecil – tak segede candi Borobudur yang mulai menarik perhatian – tujuan wisata. Candi Cetho – salah satunya.

Candi Cetho, salah satu candi yang terletak di kaki Gunung Lawu ini merupakan destinasi yang nggak kalah sama destinasi lainnya – kebun teh, air terjun dll. Malahan menurut saya ini letaknya lebih tinggi dibanding dengan destinasi lainnya, dan itu bisa menjadi daya tarik karena view yang di tampilkan lebih bagus. Dataran tinggi – iya, memang seperti itu, jalur yang nanjak di tambah berkelok, naik motor itu serasa ‘setelah nge-rem karena belokan dan di waktu yang sama itu juga harus nge-gas lagi karena tanjakan’ mungkin itulah gambaran dari jalur menuju Candi Cetho. Selain view yang bagus – kalo cuaca nya cerah tapi juga hawa dingin yang bisa di rasakan disana, hembusan angin, eloknya bentangan bukit hijau nan indah teratur. Oh, iya selain kebun teh masyarakat disana juga menanam daun bawang di ladang mereka – ini terlihat di sekitar area candi. Kalo kebun teh lebih ke jalur menuju candi, tapi kalo di sekitar candi tanaman yang bisa dijumpai itu daun bawang.
Setelah lelah memegang rem plus gas di waktu yang sama dan cukup lama, akhirnya tiba juga di tekape. Tiket masuk dengan harga yang terjangkau – 7rb rupiah saja langsung di arahkan untuk memakai kain kotak kotak hitam putih layaknya pengunjung candi di borobudur/prambanan (kalo nggak salah). Dan prosedur itu menjadi sah untuk menjelajah naik ke candinya, tentu saja dengan naik tangga yang masih alami – batu alam. Satu dua anak tangga memasuki gerbang demi gerbang sampai di atas (puncak). Setelah dicukup lelah (navigator) jadi diputuskan untuk turun beberapa anak tangga lagi sampai kira kira beberapa jepretan wefie dihasilkan. Sempat juga ‘diteriakin’ sama petugas sana, gara gara duduk di salah satu pendopo/rumah gitu, tapi ternyata setelah ketemu petugasnya itu bukan kita yang di teriakin, tapi pengunjung lain yang mencoba naik ke pagar di puncak gerbang nya. Padahal kan duduk di situ itu nggak masalah, jadi itu salah sasaran aja sih – kita aja yang ngerasa salah.

Kurang lebih memakan waktu 1 – 2 jam disana, akhirnya kita memutuskan untuk turun dan pulang – cuaca juga mendung. Dalam perjalanan turun sempet juga pengen mampir di salah satu warung tongkrongan untuk menikmati teh anget dan kalo ada juga yang anget anget lainnya. So, diputuskan untuk mampir sebentar – karena dia udah laper. Dan di warung itu disajikan teh yang ada di sekitar kebun – hasil panen, bukan teh yang lain. Seruputan pertama serasa hangat di badan, tapi seruputan berikutnya sudah nggak terasa hangat nya – efek dari angin yang berhembus di sekitar warung sampe sampe membuat badan juga dingin. Perut sudah terisi, waktu nya untuk menembus rintikan hujan yang menimpa selama perjalanan pulang. Oh, iya setelah makan minum tadi, kita langsung pulang tapi nggak jauh dari tempat makan ternyata hujan mulai turun dan memaksa kita untuk tetap melanjutkan perjalanan dengan menerobos hujan yang deras pletok pletok pletok – mengenai tubuh.

Diakhir menuju rumah, belum lengkap kalo nggak makan nasi – orang indonesia. Jadi kita putuskan untuk mampir di salah satu tempat makan ayam goreng – ayam & bebek goreng kremes mang Anto. Biar nggak terlalu kosong perutnya dan bisa menyebabkan masuk angin, jadi mampir ke tempat makan dulu. Ayam goreng kremes disitu untuk rasa – eem, lumayan tapi yang menjadi perhatian saya itu sambal bawangnya. Ini yang menurut saya menjadi seger menikmati ayam goreng kremes disitu. Sambal bawang dengan cabe rawit hijau stabilo ditambah dengan bawang putih yang beraroma menjadi paduan sambal yang seger, nyegrak, bikin melek tapi juga bikin nambah suapan nasi dan ayam nya.

Share:

Senin, 02 April 2018

Pengantar Tidur



Tidur atau istirahat menjadi salah satu kebutuhan makhluk hidup yang telah keras menjalani padatnya aktivitas setiap harinya. Bahkan jam tidur pun menjadi begitu penting dalam 24 jam dan secara medis jam tidur ialah 7 – 8 jam/hari itu untuk orang yang berumur kurang dari 20 tahun, karena beda umur seseorang beda pula jam tidurnya. Salah satu tanda seseorang membutuhkan istirahat ialah adanya signal dari tubuh yakni menguap dan kadang sekujur tubuh pun merasakan rasa lelah yang amat terasa. Mulai dari menguap, trus mata seakan berat untuk melek dan waktu berkedip pun terasa begitu lama.

Ada beberapa faktor mempercepat timbulnya rasa kantuk ini, mungkin ini ada yang merasakan juga :
  • Padatnya aktivitas yang menguras tenaga. Untuk yang satu ini memang menjadi faktor utama cepat timbulnya rasa kantuk, karena badan lelah dengan aktivitas yang padat bahkan tidak sempat untuk istirahat sejenak hanya untuk merebahkan badan. Dan setelah merasakan rasa lelah yang hebat, seakan akan yang ada dipikiran setelah ini ialah hanya ingin cepat merem dan melupakan/mengikhlaskan rasa lelah itu hilang sendiri, tak khayal juga tidak sempat untuk membersihkan badan (mandi).
  • Buku. Sebagian orang yang menjadikan buku sebagai bagian kegiatan untuk menutup kebosanan akan aktivitas menjadi salah satu trik sendiri. Namun malah sebaliknya mengakibatkan timbulnya rasa kantuk yang mengundang. Ini berlaku hanya untuk orang yang kesehariannya bukan hobi baca buku (novel atau sejenisnya), kalo sebaliknya untuk orang orang yang hobi baca buku mungkin malah menjadi obat dari kantuk.

  • Menonton film. Salah satu kegiatan untuk membunuh rasa bosan dan mengisi waktu luang disela sela kesibukan. Atau mungkin menjadi kegiatan yang nggak pernah terlewatkan karena memang nggak ada kegiatan lain lagi. Menonton film sambil tiduran – ketiduran.
  • Main game. Ini juga aktivitas sebagian orang yang suka dengan kegiatan ini. Sama seperti membaca buku, bagi sebagian orang ini menjadi pengundang kantuk dan bagi sebagian lagi malah jadi obat kantuk.
Itu beberapa faktor yang bisa mendatangkan kantuk lebih cepat dari biasanya, rasa kantuk timbul karena aktivitas mata yang sudah melebihi target per harinya, menjadikan mata kita lelah dan memberikan signal untuk istirahat sejenak. Mata lelah bisa saat merem sejenak, bisa juga sampai menimbulkan rasa perih/pedas di mata dan rasa beban berlebih di kelopak mata seakan akan ada yang menggantung dan bermain dengan bulu mata.

Share:

Minggu, 04 Maret 2018

Jumog Waterfall

Jumog Waterfall

Selang 4 bulan setelah mencoba menapaki spot spot daerah jawa tengah, saat nya untuk sedikit menapaki di daerah solo – jawa tengah. Bertepatan dengan schedule bulanan yang ‘sengaja’ pulang untuk mengobati rindu akan kampung – orang tua, saudara, rumah, tetangga, bahasa, cuaca, air, udaranya yang emang nggak terlalu jauh sama daerah solo – 2 jam perjalanan. Bukan nggak mungkin kalo hanya untuk menapaki daerah solo, terutama di kawasan kaki Gunung Lawu.

Menyusun planning itu udah pasti, mulai dari waktu berangkat, destinasi wisatanya, kendaraan dan terutama temen main – navigator. Biar nggak terlalu lama karena padat jadwalnya, jadi planning keberangkatan dari rumah lebih pagi – bahkan memang harus pagi.

Pukul 06.15, keluar rumah dengan menenteng tas selempang, ber rautkan muka yang nggak beda sama abis bangun tidur. Panasin motor, cek kelengkapan – surat surat, kondisi motor (pastikan aman) dan langsung go. Memakan waktu kurang lebih 45 menit (kondisi pagi hari) sampai di tempat meet point – jemput navigator. Dan menunggu persiapan si navigator itu kurang lebih 1 jam – huft.

Pukul 08.37, meninggalkan meet point dan langsung gas to destinasi – Kemuning. Perjalanan awal dirasa capek tarik gas karena mengikuti jalan yang cukup mudah – lurus terus sampai nggak sadar kalo semakin keliatan pemandangan dari Gunung Lawu semakin jelas dan juga perbedaan suhu yang semakin dingin. Setelah kurang lebih melewati jalan yang berkelok kanan – kiri, jalan tanjakan – sedikit turunan, dan sedikit menghindari lubang lubang di aspal, sampai juga di daerah Kawasan Wisata Air Terjun Jumog – destinasi. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 1 jam, 08.37 – 09.49 wib.

Air tejun jumog, itulah tulisan yang terpampang di pintu masuk dan spanduk di jalur pejalan menuju air terjun. Air terjun yang nggak punya kawah ini merupakan ‘surga yang tersembunyi’ begitu lah julukan yang pernah saya baca di salah satu artikel yang membahas tentang air terjun yang satu ini. Air terjun yang biasanya dibawahnya (titik jatuh air) ini digunakan untuk mandi/berenang, namun di air terjun jumog ini tidak saya temukan, yang ada hanya batu yang cukup besar di dekat jatuhnya air. Namun kalo hanya untuk main main air saja, terdapat aliran air yang jernih mungkin disitu bisa ‘sedikit’ bermain dengan air. Tak khayal banyak orang datang untuk menikmati ‘percikan’ air yang jatuh itu hingga membasahi permukaan kulit mereka. Tidak sedikit dari para pengujung yang mengabadikan dengan memilih menjadikan background dalam foto album mereka. Nah, yang agak saya pikirkan itu air yang jatuh dan mengalir dibawahnya tetap jernih meskipun cuaca di bulan itu sedang sering hujan, setiap setelah matahari mulai meninggi dan sedikit condong ke barat, di waktu itulah matahari mulai tenggelam tertutup mendung yang menyisakan turunnya hujan.


116 anak tangga. Ini juga menjadi tantangan oleh para pengunjung sebelum menikmati indahnya air terjun. Keindahan tidak semata mata muncul instan begitu saja, perlu ada pengorbanan/usaha untuk mencapainya. Mungkin kata kata itu pas untuk menggambarkan betapa susahnya menuruni 116 anak tangga yang kondisinya kurang safe (licin) karena embun dari air terjun itu. Tapi setelah berhasil menuruni 116 anak tangga itu, maka mata akan di buat menatap lebih lama dari biasanya.

‘Ojo lali nge rem atau jangan lupa nge rem/injak rem’. Slogan yang menjadi fokus dan menyita perhatian saya ini karena slogan itu terbilang unik dan nggak kepikiran – mungkin. Slogan yang saya dapatkan pas posisi saya pulang dari tempat itu. Di salah satu jalan pulang, terpampang kata kata itu di pinggir jalan dekat dengan pematang sawah – mbolak. Slogan itu memang pas untuk menjadi pengingat para pengunjung/pengendara yang menuruni jalanan turun yang begitu panjang, dan juga sedikit rame oleh lalu lalang masyarakat sekitar. Menjadi pengingat untuk senantiasa waspada dan tetap fokus dalam berkendara – tetap safety driving.



Share:

Kamis, 08 Februari 2018

Dia, bukan Doi

Pernah denger kata ‘doi’, pasti udahlah apalagi lahir di tahun tahun baru bukan lagi para generasi 90an yang konon katanya disebut ‘gaul’. Biar gaul gitu loh, dan apalah yang lain. Betewe, apa sih itu doi? Kan selama 6 tahun belajar bahasa indonesia pake seragam merah putih, 3 tahun pake seragam biru putih sampe udah nggak ngurusin alias seragam bebas yang penting sopan kayaknya nggak ada tuh yang menyebutkan kata ‘doi’ dalam belajar. Paling juga kayak aku, saya, dia, kita, mereka dan kawan kawannya itu. Tapi mungkin itu cuman buat orang yang ‘lempeng’ alias kurang gaul, jadi untuk kosa kata yang baru macam itu kagak terkontaminasi. Tapi sebenarnya apa sih ‘doi’ itu dan bagaimana kata itu bisa muncul dan begitu viral (pada saat itu).

Kalo menurut saya nih, doi itu seperti kata ganti orang ke 3 yang mungkin ada sedikit greget saat denger/ngucap kata itu apalagi kalo pas bilang kata doi itu ternyata yang di maksud si yang ngucap itu lawan jenis alias cewe kan serasa gimana gitu. Tapi itu hanya perspektif pribadi aja yang pas nulis ini lagi sedikit baper. -_-

Tapi bisa jadi bukan seperti yang saya tuliskan diatas, karena bisa jadi orang itu sedang mengikuti perubahan yang ada di sekitar, jadi biar nggak keliatan kudate (kurang update) dan bisa ngikutin trend yang ada. Tapi bener lho, saat saya nulis materi ini emang saya lagi baper karena sering bilang orang itu pake kata doi biar terlihat akrab dan mengucap nama doi di dalam hati saja biar nggak ada yang denger. Beberapa kali saya tulis dan ngebatin doi di beberapa tulisan saya sebelumnya karena nggak kuasa saya ngucap namanya yang bahkan saya nggak sebut saja sudah ngebayangin betapa gemeternya saya pas ganti namanya jadi cuman kata doi. Pake kata doi aja gemeter, apalagi sebut nama doi? Bisa pingsan saya karena nggak kuasa berkhayalnya (ga jelas) – apa sih

Continue…. Penggunaan kata ‘doi’ itu terlihat pas kita cerita ke temen dan cerita itu ada sangkut puatnya sama seseorang (cewe), jadi seperti si orang yang cerita ini ada ‘rasa’ sama cewe yang mau diceritain ke temennya. Nah, lain hal nya kalo pake kata ‘dia’ kesannya cewe itu ya biasa aja nggak ada semacam ‘rasa’ gitu. Contohnya aja gini, eh, jadi gimana loe sama dia? – ada temen nanya, emh, gimana ya doi sih lempeng lempeng aja nanggepinnya – jawab

Nah dari situ kan penggunaan kata ‘doi’ pas nyebut cewe itu di cerita karena cewe itu bisa jadi cewe yang sedang di taksir dan biar lebih terdengar akrap gitu sama doi.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  


Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.