Juli, entah bulan yang padet sama
jadwal kegiatan sehari hari atau sebaliknya yang malah longgar sekali. Tapi entah
kenapa pas buka blog postingan di bulan juli itu nihil tidak ada satupun
postingan yang terpampang di wall blog. Bukan nggak sempet bikin, tapi emang
nggak ada bahan yang berarti buat di pampang di wall, karena saya pun bukan
seorang yang mahir buat cerita cerita, yang mahir kata menjadi kalimat yang
berujung beberapa paragraf yang bisa dinikmati para pembaca ‘nyasar’ yang dermawan.
Para pembaca yang dermawan meluangkan waktu untuk sekedar click postingan dan
baca baca satu dua kalimat yang mungkin bisa membawa pada keadaan dimana bisa ‘merasakan’
keadaan penulis saat itu juga.
Dan sekarang pun sudah 10 hari
melewati bulan ke-8 di tahun 2019 ini yang nggak tau bakal gimana nantinya,
masih misteri. Jujur memang saya berprinsip kalopun nggak banyak posting, tapi
setidaknya 1 postingan mewakili di tiap bulannya. Tapi ya, mau gimana lagi
emang kepentok sama hal hal yang dibuat seakan akan sibukk. Nulis itu juga
butuh niat, pikiran yang rileks dan yang lain. Malah saya pernah denger di
sebuah cuplikan film yang disitu ….justru saat seperti ini akan melahirkan tulisan tulisan yang nantinya jadi
mashur dan terkenal. Kata seperti ini
berarti suasana hati yang lagi nggak tenang, habis di terpa rasa yang kurang
mengenakkan, kekecewaan, putus asa. Memang betul jika suasana hati sangat berpengaruh
sama tulisan yang dihasilkan, tapi nantinya tulisan itu jadi tulisan yang
bersifat demikian, ada rasa campur aduk, galau, depresi.
Juli, bulan yang membuat saya
harus merubah pola hidup, pola keseharian, pola tidur, pola makan dan aktivitas
lain. Bulan yang bahkan saya pun mulai sedikit lupa sama hari, hanya teringat
jadwal saya setiap harinya yang berpola 2-2-2. Shift. Ya, karena perubahan dari
normal menjadi ‘nggak normal’. Yang teringat hanya setelah saya pulang pagi
yang ke-2 berarti saya holiday. Dan waktu berjalan begitu saja sampai nantinya
jadwal saya pulang kampung dan harus berlama lama di atas alat transportasi
yang berjalan di atas tatanan besi memanjang, merasakan rasanya nggak nafsu
makan, walaupun perut sudah bergejolak keroncongan, hanya sesekali diredakan
dengan tenggukan air mineral. Merasakan dinginnya air conditioner yang membuat saya sampai menggigil nggak tentu,
duduk bertekukkan lutut yang sesekali meluruskan kalo ada celah dengan yang
lain.
0 komentar:
Posting Komentar