Minggu, 26 Juni 2016

Faktor U


Umur atau usia merupakan angka sebagai parameter kehidupan manusia yang terhitung dari lahir. Atau gampangnya lama waktu hidup. Tapi terkadang angka dari umur itu sebagai indikasi kedewasaan seseorang. Teori ini masih banyak pro dan kontranya, alasannya ialah karena kedewasaan itu diukur dari pola pikir dan tingkah laku seseorang bukan umur. Menurut pendapat dari temen temen saya seperti itu, dan mungkin mereka sudah pernah menjumpai orang yang berumur tapi pola pikirnya masih seperti anak anak atau sebaliknya.

Ngomong-ngomong, ngomongin soal umur atau usia begitu banyak pertanyaan atas umur. Perbincangan masalah umur itu nggak ada kadaluarsanya, selalu jadi yang topik perbincangan walaupun nggak langsung to the point dengan pertanyaan “umur kamu berapa?” tapi dengan pertanyaan yang dimodif kata-katanya yang tanpa sengaja menyinggung umur. Mulai dari bayi nggak ketinggalan kalo nanyain soal umur, nanyain soal umur menjadi topik buat keluarga, tetangga atau kerabat lain di moment silaturahmi. Saat si kecil beranjak dewasa, umur tetap menjadi bahan perbincangan, mulai ada pertanyaan “kapan masuk sekolah?” lho emang sekarang umur berapa?

Nah, jadi umur itu seperti nggak ada habisnya untuk dibahas walau yang ditanyain kadang ngerasa ndongkol. Sudah masuk sekolah menengah atas mulai di tanyain “sudah punya KTP?” karena saat masuk sekolah mengengah atas itu sudah hampir mendekati usia 17 tahun. Dan pembuatan KTP minimal seusia itu.  Tapi nggak sampai disitu aja bahasan umur jadi topik pembicaraan.

Setelah usia menginjak angka 20 itu udah beda lagi bahasannya, tidak terlalu formal tapi kadang “sedih” kalo diinget dan jadi spechless. Setelah lulus SMA dan pengen ngelanjutin buat kuliah, umur jadi topik pembicaraan itu udah nggak terlalu jadi topik utama paling paling cuman lulus tahun berapa?. Tapi kalo udah lulus kuliah dan masuk ke dunia kerja, umur jadi bahan pembicaraan awal perkenalan dengan orang lain. Mulai dari “kelahiran tahun berapa?” trus kemudian dibanding bandingin sama seniornya dan di komen “ah nggak terlalu jauh sama saya”. Dan yang paling bikin spechless itu kalo para senior nanyain “kapan nikah?” atau mau nikah umur berapa? kalo dijawab ntar ada pertanyaan lagi “emang udah ada calon? tambah spechless jadinya. Paling paling cuman bisa senyum "terpaksa" aja, padahal dalam hati juga bingung mau jawab apa. Dan kadang juga sebagai alasan saat lupa sesuatu padahal itu hal yang penting buat diinget tapi malah lupa. “biasa faktor U”

Share:

Minggu, 05 Juni 2016

Adaptasi

Adaptasi atau yang sering dikatakan penyesuian diri terhadap berbagai hal yang baru. Entah itu lingkungan, pekerjaan, orang-orang sekitar. Penyesuaian ini kadang agak berat buat memulainya, karena udah sempat ngerasain beradaptasi di satu lingkungan dan pengen lebih menyesuaikan sampe ketemu kata nyaman. Tapi nggak selamanya nyaman itu jadi pathokan, kalo udah nyaman kadang nggak mau nyobain hal baru lagi jadi kadang bisa membuat tidak ada perkembangan dan kemajuan.

Dan sekarang saya sedang ngalamin adaptasi itu dilingkungan yang baru. Saya harus bisa menyesuaikan dengan berbagai hal yang ada dilingkungan baru saya ini. Nah, dari situ saya harus belajar beradaptasi agar kedepannya saya bisa menggapai kata nyaman di lingkungan baru ini. Mungkin ini beberapa hal yang harus saya persiapkan dalam perjalanan saya belajar beradaptasi.
  • Hati dan pikiran


Ini yang paling penting, walaupun ada berbagai tuntutan yang mengharuskan saya pindah ke lingkungan baru ini, hal itu anggap aja sebagai batu loncatan saya untuk menuju sukses. Tak lepas dari hati dan pikiran saya yang harus saya tata dengan baik agar nantinya dapat berjalan lancar. Karena hati dan pikiran adalah pengontrol utama dari berbagai kegiatan yang nantinya harus saya lalui.
  • Berdo’a


Iya, hal ini juga nggak kalah pentingnya. Setelah menata hati dan pikiran, selanjutnya ialah berdo’a kepada Yang Maha Esa untuk menyerahkan segalanya kepada-Nya.
  • Tubuh/jasmani

Pastinya harus tetep terjaga kesehatannya, agar bisa beraktivitas dalam kondisi badan yang sehat.
  • Bahasa

Iya, kadang lingkungan baru itu juga berarti bahasa baru jadi harus sedikit belajar masalah bahasa yang ada dilingkungan itu. Belum apa-apa udah di tanya bisa bahasa khas sini nggak. Pertanyaan yang membuat saya terdiam.
  • Lingkungan pekerjaan

Bukan cuma lingkungan tempat tinggal, tapi juga lingkungan pekerjaan juga harus bisa menyesuaikan diri dengan itu.


Nah, itu beberapa hal yang biasa yang harus dipersiapkan memasuki lingkungan baru. Banyak belajar, belajar…
Share:

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.