Umur atau usia merupakan angka
sebagai parameter kehidupan manusia yang terhitung dari lahir. Atau gampangnya
lama waktu hidup. Tapi terkadang angka dari umur itu sebagai indikasi
kedewasaan seseorang. Teori ini masih banyak pro dan kontranya, alasannya ialah
karena kedewasaan itu diukur dari pola pikir dan tingkah laku seseorang bukan
umur. Menurut pendapat dari temen temen saya seperti itu, dan mungkin mereka
sudah pernah menjumpai orang yang berumur tapi pola pikirnya masih seperti anak
anak atau sebaliknya.
Ngomong-ngomong, ngomongin soal
umur atau usia begitu banyak pertanyaan atas umur. Perbincangan masalah umur
itu nggak ada kadaluarsanya, selalu jadi yang topik perbincangan walaupun nggak
langsung to the point dengan pertanyaan “umur kamu berapa?” tapi dengan pertanyaan
yang dimodif kata-katanya yang tanpa sengaja menyinggung umur. Mulai dari bayi
nggak ketinggalan kalo nanyain soal umur, nanyain soal umur menjadi topik buat
keluarga, tetangga atau kerabat lain di moment silaturahmi. Saat si kecil
beranjak dewasa, umur tetap menjadi bahan perbincangan, mulai ada pertanyaan
“kapan masuk sekolah?” lho emang sekarang umur berapa?
Nah, jadi umur itu seperti nggak
ada habisnya untuk dibahas walau yang ditanyain kadang ngerasa ndongkol. Sudah masuk sekolah menengah
atas mulai di tanyain “sudah punya KTP?” karena saat masuk sekolah mengengah
atas itu sudah hampir mendekati usia 17 tahun. Dan pembuatan KTP minimal seusia
itu. Tapi nggak sampai disitu aja
bahasan umur jadi topik pembicaraan.
Setelah usia menginjak angka 20
itu udah beda lagi bahasannya, tidak terlalu formal tapi kadang “sedih” kalo
diinget dan jadi spechless. Setelah
lulus SMA dan pengen ngelanjutin buat kuliah, umur jadi topik pembicaraan itu
udah nggak terlalu jadi topik utama paling paling cuman lulus tahun berapa?.
Tapi kalo udah lulus kuliah dan masuk ke dunia kerja, umur jadi bahan
pembicaraan awal perkenalan dengan orang lain. Mulai dari “kelahiran tahun
berapa?” trus kemudian dibanding bandingin sama seniornya dan di komen “ah
nggak terlalu jauh sama saya”. Dan yang paling bikin spechless itu kalo para senior nanyain “kapan nikah?” atau mau
nikah umur berapa? kalo dijawab ntar ada pertanyaan lagi “emang udah ada calon?
tambah spechless jadinya. Paling paling cuman bisa senyum "terpaksa" aja, padahal dalam hati juga bingung mau jawab apa. Dan kadang juga sebagai
alasan saat lupa sesuatu padahal itu
hal yang penting buat diinget tapi malah lupa. “biasa faktor U”
0 komentar:
Posting Komentar