Taman Hutan Mangrove, salah satu
taman mangrove yang ada di Jakarta, daerah Pluit – Jakarta Utara Pantai Indah
Kapuk tepatnya. Sebuah taman mangrove yang di kelola dan di budidayakan oleh
pemerintah daerah yang menjadi salah satu destinasi wisata pas liburan ataupun
bukan liburan.
Bermula dari iseng dengan melihat
lihat postingan di media sosial tentang destinasi ini. Dari hasil jepretan dan
sedikit edit tentu saja menarik perhatian siapapun, termasuk saya yang
penasaran untuk pergi menjelajahi wisata itu. Coba kontak temen temen yang ada
di jakarta, cari info dan ‘cari temen main’ biar bisa di ajak ngobrol saat udah
disana. Tapi dari semua teman yang ada di Jakarta, semuanya bilang ‘nggak mau’
dengan berbagai alasan yang sifatnya menolak ajakan saya. Yah, itulah
problematikanya. Tapi bukan karena itu saya nggak jadi pergi tapi karena itu
juga saya merubah dan buat schedule lagi. Cari cari waktu luang dan tentu saja
bukan weekend yang pasti padet banget area ibukota. Tapi jadi sepi banget kalo
weekday di taman mangrove ini. Cukup luangkan waktu sehari untuk melakukan
perjalanan Cirebon – Jakarta bolak balik. Start pagi hari dan pulang malam
hari.
Akses menuju taman ini cukup
mudah (pake aplikasi ojek online) dan ribet kalo naik transportasi umum karena
tentu saja nggak sekali dua kali ganti kendaraan umum. Jadi saya pilih yang
cukup mudah saja, bermodalkan 25 ribu sudah sampai di depan gerbang. Dan nambah
25 ribu lagi untuk tiket masuk. Sekedar info, untuk tiket masuk yang sudah di
beli jangan langsung dibuang dan perlu disimpan sebentar karena sebelum masuk
area mangrove tiket masuk di cek ulang oleh petugas. Dan dilarang membawa
kamera tambahan (selain kamera bawaan dari HP) kalo tetep mau bawa juga nanti
kena charge (bayar untuk biaya kamera). Selain itu juga nggak perlu bawa
makanan, karena di dalam tersedia berbagai macam makanan dan minuman (nggak
usah khawatir).
Saat masuk area disambut dengan
stand makanan & minuman dan penginapan. Setelah itu para wisatawan bebas
memilih area mana yang mau di kunjungi (tentu ada petunjuknya). Yang menariknya
ada pendopo yang berdiri megah disana sebagai pusat untuk berkumpulnya
kegiatan/event (kalo ada). Setelah itu bisa menjajaki jalan berbambu dan
berkayu yang mengeluarkan suara kreket..kreket
setelah kita injak. Dan memang akses untuk menikmati hutan mangrove itu melalui
jalan/jembatan bambu. Entah mau menikmati pohon mangrove atau berburu spot
tempat yang instragam able (jaman now).
Cukup memakan waktu 2 jam untuk
sekedar jalan jalan, dan ambil beberapa foto di beberapa latar belakang spot.
Jeleknya untuk pelancong sendiri itu nggak ada yang bisa di mintain foto kalo
lagi pengen yang nggak selfie (seluruh badan atau yang candid). Tapi semua itu
sirna karena ada salah seorang dari pemerintah daerah melancong kesitu juga
untuk mengobati rasa isengnya. Jadi, saling ganti gantian foto saja. Setelah
dirasa cukup, waktu untuk kembali dan melanjutkan perjalanan. Dan saya sangat
beruntung ketemu sama dari pemda ini, karena beliau bersedia berbagi tumpangan
karena memang searah sama tujuan saya. Uang 25 ribu masih tertata rapi di dalam
saku karena jadi nebengers.
Ya setidaknya sudah terobati rasa
penasaran akan tempat itu. Kalo nanti memang pengen main kesana lagi juga ayo
aja.
0 komentar:
Posting Komentar