Senin, 06 Januari 2014

Modal Dengkul

Seberapa beranikah anda? Seberapa nekatnya anda? Pertanyaan yang bisa orang menanyakan hal ini, untuk para sebagian orang yang menyukai hobi dengan petualangan, pendaki contohnya. Tapi hobi seperti ini jarang, bahkan orang malah malas. Bukan karena tidak suka hal yang baru, tapi seperti orang yang sibuk sana sini. Hingga tak cukup punya waktu untuk menyalurkan hobi mereka.

Pernah saya mengikuti pengarahan yang menyangkut perihal keselamatan dan kesehatan kerja. Di waktu beberapa bulan yang lalu. Di dalam acara itu membahas mengenai perihal tentang keselamatan, baik di lingkungan kerja maupun lingkungan sendiri. Karena dengan selamat kita dapat melakukan kegiatan apapun itu dengan tenang. Di situ juga menyinggung mengenai bedanya berani dan nekat. Kata sang narasumber, “berani dan nekat itu beda tipis, bedanya cuma di satu.” Berani itu didasari satu niat dan tekat yang kuat untuk mencapai tujuan yang di inginkan, dan nekat itu juga masuk kategori berani, tapi tujuannya yang sedikit berbeda yakni masih belum bulat tekatnya mencapai tujuan tersebut dan tak memperdulikan apa yang menjadi hasilnya nanti.

Setelah pengarahan itu selesai, dan tiba juga saya bersama teman-teman pulang. Sepulang itu ternyata kami melihat ada masalah dengan ban motor teman saya, kempes. Tanpa pikir panjang saya langsung minta ijin menaiki motor itu untuk saya bawa ke tukang tambal ban setempat. Dan tanpa saya sadari saya menunggangi motor itu dengan berdiri. Alasannya karena ban yang kempes itu ban belakang, nggak mungkin saya naiki seperti layaknya orang mengendarai sepeda motor. Lalu teman saya yang punya motor ini menghampiri ke tempat tambal ban yang saya tuju ini, dan yang ia katakan bukan gimana bannya?udah bisa di tambal belum?, tapi malah “kamu itu gimana sih, baru saja dengerin masalah keselamatan dan kamu malah melakukan hal yang sembrono”. Dan itu saya juga baru sadar.

Dan semua hal yang saya rasa bikin penasaran untuk di coba, saya sukai. Pokoknya di coba dulu, masalah nantinya gimana itu belakangan. Dan sampai sekarang hal seperti ini masih saya lakukan. Begitu juga dengan awalnya saya masuk kuliah. Walaupun sebenarnya kuliah itu adalah cita-cita saya sejak lulus dari bangku sekolah menengah atas.

Awalnya saya hanya ingin saja buat kuliah. Karena cita-cita saya itu, saya ikut pendaftaran kuliah sekarang ini. semuanya tidak muluk-muluk, malah terkesan kayak sekolah biasa. Awalnya emang saya bukan tipe orang yang percaya diri bakalan diterima atau di tolak. Tapi karena saya ingin sekali masuk kuliah, jadi saya ikuti saja semuanya. Mulai dari test tertulis, test wawancara, dan tes yang lain. Dari situ saya mulai tumbuh rasa optimis setengah pesimis. Optimis masuk karena udah bisa lulus tes, dan pesimis karena pengumuman belum juga keluar. Modal saya waktu itu hanya berani dan nekat, soalnya saya sudah vakkum baca mata pelajaran yang akan di ujikan. Vakkum karena selama satu tahun bekerja, bukan belajar. Jadi niat ajalah. Jabat dulu, jalani. Baru tau apa hasilnya.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.