Dokumentasi Pribadi Umbul Sidomukti
Setelah menyambangi ibukota jawa
tengah di bagian kotanya, dan ternyata emang masih penasaran untuk kembali lagi
menyambangi kota itu tapi untuk bagian agak jauh dari kota nya. Entah kenapa
masih penasaran sama kota itu, sampai sampai senior saya bertanya “ngapain lagi
ke semarang? Seneng amat kayaknya”. Mungkin emang seneng, sekalian searah sama
pulang kampung, kan nggak ada salahnya mampir semalam dan main seharian sebelum
pulang (menurut saya) tapi mungkin emang ada faktor lain yang mengapa saya
ingin pergi ke sana. Okelah, nggak usah dibahas sampai panjang lebar, cukup
segitu saja dan langsung to the point.
Nah, keinginan untuk menapaki
kota semarang yang begitu banyak tempat tempat wisata yang bagus buat
dikunjungi, rasa penasaran saya bukan lagi pergi pergi ke bagian kota nya,
melainkan ke kabupaten Semarang nya yang denger denger nggak kalah bagusnya
wisata di sana. Jadwal keberangkatan dari cirebon tetep sama dengan jadwal
sebelumnya, berangkat siang dan langsung mencari beberapa tempat yang bisa buat
menginap semalam. Baru keesokan harinya pergi ke tempat tujuan. Karena ada
rencana pulang Sukoharjo, jadi nggak usah terlalu lama saya bermain main di Semarang, cukup untuk di tempat yang membuat saya penasaran itu.
Hal ini entah kebetulan atau
nggak dengan rencana saya buat main kembali ke semarang. Saya dapat kenalan
orang asli semarang, dan setelah kontak kontakan dengan doi dan sedikit bahas
tempat yang rencana saya datangi itu, dan doi bilang untuk akses nggak terlalu
jauh sama tempatnya. Yaudah, makin mendekati hari H saya pergi, saya intens
kontak dia untuk info rencana saya ke dia dan dia memang pada hari itu juga
lagi nggak ada kegiatan alias ada waktu luang yang nantinya saya minta bantuan
ke doi buat jadi ‘guide’ tour selama saya kesana. Dan doi juga nggak keberatan,
itu yang menjadikan saya semakin yakin kalo rencana saya pergi kesana
terlaksana.
Umbul Sidomukti. Iya tempat
wisata itu yang menjadi tujuan saya pergi ke Kabupaten Semarang. Tempat dengan
nuansa alam yang berada di dataran tinggi dan pasti jauh dari padetnya kota Semarang. Nuansa alam yang sejuk, bahkan hawa cukup dingin di siang bolong,
benar benar membuat mata saya begitu lama untuk berkedip, dengan hati
mengucapkan syukur entah untuk keberapa kalinya. Memanjakan mata yang nantinya
menjadikan sebuah memori dalam otak saya yang telah di desain oleh-Nya begitu
besar ukuran nya, bergiga giga atau bahkan ber tera tera kapasitasnya.
Tak lepas dari para squad (4 orang) UND*P
yang bersedia untuk meluangkan waktunya hanya untuk menjadi ‘guide’ temen main
ke sana walau kenyataanya cuman ber3 dan yang satu lagi ada kegiatan yang
membuatnya tidak bisa gabung dengan saya dan yang lain. Tapi bukan menjadi
halangan bagi yang lainnya untuk tetap mendukung saya dan bergabung bersama
sama main ke umbul. Awalnya memang seperti ada kendala dari si dia karena
mungkin di waktu lalu mereka sudah pernah kesana dan memang akses nya cukup
sulit (jalan menanjak) tapi karena niat mereka untuk bersedia saya ajak main ke
situ jadi mereka berusaha untuk tetap pergi kesana. Saya ucapkan terimakasih
buat semuanya, nggak ada kata lain selain kata itu dan permohonan maaf saya
yang mungkin sedikit ‘memaksa’ kalian untuk tetap pergi ke umbul.
Akses dari Tembalang menuju
kesana, kami putuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi (motor). Dengan
menempuh kurang lebih 1 jam perjalanan hingga akhirnya sampai ditempat Umbul
Sidomukti. Karena waktu berangkat yang terbilang agak siang (jam 11 siang) jadi
ditambah satu jam perjalanan tepat di siang bolong (waktu Ungaran). Tapi
seperti saya singgung diatas, suasana disana itu hawanya nggak kayak siang
bolong, itu karena udaranya memang dingin, sejuk. Setelah membayar tiket masuk
dan berjalan beberapa anak tangga turun hingga sampai di spot yang memang orang
rame disitu. Sambil berjalan dan sedikit memandang mandang sekitar, kami
putuskan untuk istirahat sejenak di gazebo (tempat teduh) untuk mengurangi dan
melupakan gimana rasanya perjalanan ke tempat ini. Sembari istirahat, dan
sedikit ngobrol kesana kemari hingga nggak tau apa yang dibahas dalam obrolan
itu, kami pun putuskan untuk mulai memanjakan lebih lama di spot yang telah
tersedia. Dan tentu saja mengabadikannya dalam sebuah jepretan kamera yang
nantinya menjadi kenangan, cerita, sekaligus bukti kalo kita sudah pernah
kesana. Nggak lama-lama kami memanjakan mata disitu, karena salah satu dari
kita ada acara di jam 4 sore dan mengharuskan kita untuk turun dan melanjutkan
perjalanan kembali ke Tembalang. Sambil menaiki anak tangga yang sekarang jadi
tanjakan, kami putuskan untuk mampir dan mengisi perut kita masing masing.
Setelah cukup banyak berkurang
kampas rem gegara jalannya yang turunan, kami pun mampir di sebuah warung bakso yang menurut doi cukup enak
disitu. Warung Bakso Pak Mitro. Iya warung bakso itu menjadi tujuan kita makan
siang dengan menu yang tentunya Bakso. Setelah beberapa menit mengunyah dan
menyeruput es teh manis kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Tembalang. Dalam
perjalanan saya dikasih tau untuk menemani saya menunggu jadwal kereta yang
masih cukup lama (jam 10 malam) para squad itu mengajak saya untuk pergi ke
tempat yang ternyata menjadi desitinasi saya kalo main ke Semarang. Puri
Maerokoco. Iya, tempat itu juga salah satu tempat yang cukup populer di
Semarang dan timing kesana itu pas banget menjelang matahari terbenam. Sunset.
Iya, momentum yang memang pas untuk mengakhiri perjalanan di tempat yang bagus
untuk menikmati sunset (tapi sayang agak sedikit mendung).
Puri Maerokoco, tempat wisata
yang didalamnya ada beberapa spot yang dinamakan Taman Mini Jateng yang dimana
taman itu di persembahkan tempat beberapa kabupaten/kota yang ada di Jawa
Tengah dan tentunya dengan icon icon tiap tempatnya. Mulai dari kabupaten/kota
yang paling dekat dengan perbatasan Jatim-Jateng yaitu Karanganyar, hingga
kabupaten/kota yang dekat dengan perbatasan Jateng-Jabar yaitu Tegal-Brebes.
Maerokoco itu sendiri ialah taman air yang disekelilingnya ada tumbuhan bakau
yang dikelola oleh pihak setempat hingga menjadikan sebuah Tempat Wisata. Berdiam
diri sambil ngobrol ngalor ngidul sampe akhirnya matahari terbenam, nggak
kerasa sudah malam mulai menyambut. Setelah menunaikan kewajiban, dilanjutkan
lagi jalan jalan di kawasan taman mini jateng karena doi penasaran banget
tempatnya nggak ada di situ. Tapi setelah dicari cari akhirnya ketemu juga
tempat itu dan doi akhirnya seneng juga, tadinya mau protes kalo tempatnya
nggak ada (aneh aneh aja nih orang). Karena dirasa sudah ketemu, akhirnya kita
memutuskan untuk memulai perjalanan pulang. Baru mau keluar gerbang utama,
ternyata memang ada spot yang bertuliskan Kabupaten Sukoharjo dengan simbol
rumah joglo dan tentu saja Patung Jamu icon nya Kabupaten Sukoharjo. Sempat
berhenti dan terdiam sejenak memandang tempat itu. Tapi setelah dirasa cukup,
kita pun melanjutkan perjalanan pulang.
Dokumentasi Pribadi Puri Maerokoco
Kurang lebih 45 menit dari Puri
Maerokoco, kita sampai di Stasiun Kereta Semarang Tawang yang nantinya saya
sendiri melanjutkan perjalanan pulang menggunakan kereta api (tentu saja).
Istirahat sejenak, dan akhirnya para squad UND*P itu pamit untuk pulang juga.
Nggak ada kata selain terimakasih yang bisa saya sampaikan ke mereka atas
waktunya, meluangkan waktu di saat saat lagi ‘mulai sibuk’ dan mohon maaf kalo
‘agak’ memaksa. Sampai ketemu di lain kesempatan. Terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar