Merantau, bukan lagi hal yang
luar biasa untuk jaman sekarang, malah terkadang banyak yang berpikir malah
keinginan untuk merantau sudah menggebu-gebu. Terlihat dari data statistik
untuk setiap tahunnya dalam musim setelah lebaran yang menunjukkan peningkatan
jumlah penduduk di kota-kota besar dan menurunnya jumlah penduduk di desa-desa.
Hal ini berarti menunjukkan penduduk desa cenderung ingin merantau untuk
memperbaiki ‘kehidupan’ mereka. Sama hal nya saya juga yang nggak bisa lepas
dari istilah merantau, karena dalam kurun waktu 5 tahun sudah pindah ke 2 kota.
Jadi merantau untuk jaman sekarang itu sudah biasa.
Nah, merantau tentu saja menjadi
hal yang baru untuk tempat baru. Baik itu diri sendiri, tempat tinggal, dan
tentu saja lingkungan yang berbeda dibandingkan dengan waktu masih di desa.
Seperti pepatah bilang “kalo mau ngerasa nyaman sama lingkungan, maka dekatilah
lingkungan itu sendiri” (pepatah sendiri). Jadi istilah nya ialah kalo mau
survive/bertahan mau nggak mau harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Cirebon. Kota kedua saya
destinasi merantau dalam 5 tahun terakhir, karena memang kerja saya disitu jadi
pasti saya akan tinggal di situ. Cirebon, kota yang sering di sebut dengan kota
udang, ada juga disebut kota wali. Nah, karena baru di kota ini dan juga belum
tau persis apa maksud dari sebutan kota itu. Tapi yang saya tau untuk sebutan
Kota Wali itu karena di kota ini terdapat salah satu makam wali songo yaitu
makam Sunan Gunung Jati. Kalo untuk sebutan kota Udang, saya nggak tau persis
history nya. Karena saya nggak mau sok tau jadi mending saya tidak bahas
disini.
Kembali ke kata pepatah diatas, “…dekatilah
lingkungan” nah dari situ kan secara tersirat untuk bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal,
tempat kerja sampe ke destinasi destinasi wisata yang ada di kota ini. Bisa
mulai dengan tempat wisata, wisata kuliner yang khas di Cirebon. Nah, dari situ
sedikit sedikit mulai melebarkan sayap untuk hunting ke tempat wisata dan
kulinernya.
Sekitar seminggu lalu saya
sempatkan diri untuk mengobati penasaran saya untuk menyambangi tempat wisata
yang satu ini. Wisata Pantai Kejawanan. Iya, satu satunya pantai yang ada di
Kota Cirebon (setau saya) yang banyak info dari temen kalo pantai ini kurang
bagus untuk di jadikan destinasi. Tapi ada juga yang meyangkut pautkan dengan
mitos mitos nya. Karena penasaran pengen kesana, akhirnya kesampean juga untuk
pergi kesana karena tertarik untuk menikmati golden time sunset. Karena setelah
cari-cari info tentang tempat itu, emang banyak yang merekomendasikan pas waktu
terbenamnya matahari, karena menikmati udara di pantai itu enaknya di pagi hari
atau sore hari (sunrise/sunset) dan semilir angin pantai berhembus begitu
sejuk. Karena nggak mungkin pagi hari, jadi saya kesana pada sore hari saat
udara nggak terlalu panas dengan sinar matahari dan menikmati sore hari di
pantai. Untuk khasnya pantai Kejawanan ini nggak terlalu jauh beda dengan
pantai pantai pada umumnya yang menghadirkan pasir pantai yang lembut tapi
berwarna hitam, dan ada begitu banyak perahu yang berlabuh dan dapat dilihat
di sekeliling pantai mulai dari kapal pengangkut material, perahu nelayan,
perahu polisi pantai (mungkin), perahu emergency dan perahu karet yang bisa
disewa oleh pengunjung yang ingin sedikit bermain air di pantai itu. Oh iya,
perahu nelayan juga bisa di sewa untuk kita yang ingin berkeliling disekitar
pantai dengan sedikit agak ke tengah laut dengan uang sewa yang terbilang
murah, 5 ribu rupiah.
Dokumentasi Pribadi salah satu perahu masyarakat sekitar
Nah, setelah memakan waktu kurang
lebih sejam perjalanan, akhirnya saya sampai di tempat tujuan yang ternyata
masih cukup tinggi matahari di ufuk barat dan paling tidak harus menunggu
sampai kurang lebih sejam lagi hingga akhirnya saya ngerasa cukup untuk
menikmati sunset di pantai itu. Saya disana nggak terjun ke pantainya untuk
menikmati pasir pantai karena kondisi saat itu laut lagi pasang, jadi oleh
orang sekitar sering disebut banjir. Dan uniknya lagi dari pantai ini, ada
bentangan jalan batu yang membentang sampai agak ke tengah laut. Tapi iya itu
karena pas hari itu lagi pasang, jadi untuk jalan bebatuan itu agak sedikit
terendam air laut tapi masih dibisa diakses. Hati hati saat melangkah, karena
itu jalan batu dan kena air jadi agak licin untuk di pijak. Nggak banyak saya
mengambil photo untuk sunset nya, tapi cukup diam sejenak menikmati udara
semilir, memanjakan mata dengan melihat segala bentuk nikmat-Nya dan mengucap
syukur atas apa yang telah saya terima saat itu atau hal yang telah lalu.
Dokumentasi Pribadi bentangan jalan batu
Setelah satu jam saya disitu,
saya putuskan untuk beranjak pulang karena saya nggak mau kalo nanti menjelang
maghrib masih di dalam perjalanan. Perjalanan pulang nggak selama saat
berangkat, mungkin karena sudah mulai terbiasa dan hafal jalan menuju pulang
dan ternyata memang pas pulang itu nggak sampe sejam perjalanan.
Beberapa hasil jepretan pas sunset :)
Sekian.
0 komentar:
Posting Komentar