Sabtu, 15 Juni 2013

speechless

Mulutmu adalah harimaumu. Entah bagaimana menyikapi peribahasa ini. peribahasa yang penuh akan makna disetiap kata. Apabila ditelaah dengan benar, pasti terjadi. Entah percaya atau tidak percaya, benar dan tidaknya. Mau atau ga mau. Kenapa baru kali ini mengetahui bahwa setiap peribahasa memiliki arti dan makna yang begitu dalam, kemana aja kemarin. Kenapa baru menyadari setelah lulus dari bangku sekolah. Apakah sudah kena batunya, atau mengalami akibatnya dari salah ucap. Apakah memang baru menyadari dan masih apakah dan apakah yang lain. 
Setiap kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat memiliki arti tersendiri, baik itu hanya kata, maupun sudah menjadi sebuah kalimat. Bahasa yang menjadi bahasa nasional dan menjadi bahasa sehari-hari bagi orang yang berdomisili dan hidup di Negara Indonesia. Kenapa dulu selalu memandang rendah pelajaran bahasa Indonesia ini. Apakah terlalu banyak teori yang harus dipelajari, atau kah memang setiap jawaban dari sebuah pertanyaan itu bersifat relatif. Dengan kata lain, setiap jawaban itu mampu untuk ditolelir menjadi sebuah jawaban, walau hanya penyimpangannya tidak terlalu jauh dari yang diharapkan, atau bahkan tidak adanya pathokan/acuan jawaban yang pasti. Berbeda kah dengan ilmu eksak yang cenderung menghasilkan sebuah jawaban yang pasti.
Dan yang terjadi hanyalah sebuah jawaban “entahlah”. Apakah setiap orang bakal sadar apabila dia baru kena batunya, bakal menyadari apa yang telah ia lakukan setelah ada hal lain yang begitu mencengangkan dan membuat orang tersebut menjadi menyesal. Mungkin bukan setiap orang, akan tetapi hanya sebagian orang termasuk saya. Saya yang orangnya memiliki sifat yang keras kepala, buruk akan tingkah laku, bercanda yang kelewatan, tidak berfikir sebelum bertindak, yang dipikiran saya hanya yaudah lakuin aja, toh nanti ada timbal baliknya.

Tulisan ini saya buat memang ini adalah gambaran dari pengalaman saya. Pengalaman yang bisa dibilang pahit. Karena memang demikian adanya, sebuah kesalahan yang sering dilakukan, sudah mendapatkan sebuah teguran akan tetapi tetap melakukan hal yang sama. Kembali kepada inti dari paragraph pertama, bahwa mulutmu adalah harimaumu. Mulutmu harimaumu ini bukan hanya mulut, yang lebih penting adalah lidah, karena lidahlah yang mampu membuat seseorang berbicara. Lidah yang sebenarnya yang harus lebih dijaga, diatur biar dapat sesuai dengan apa yang dirasakan, jangan menambah-nambahkan. Lidah itu tidak bertulang. Nah, ini kata yang melengkapi atau bahkan menguatkan peribahasa diatas. Sudah tidak bertulang, terlebih lagi licin, dan mampu digerakkan sesuka kita. 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Seorang Mahasiswa Teknik Kimia, suka hal hal simple, minimalis, seorang plegmatis.

Terbaru

Popular Posts

Arsip

Diberdayakan oleh Blogger.