Modif, modif istilah orang kalo
mau ngerubah sesuatu yang nantinya membuat dia (yang modif) jadi lebih seneng,
sesuatu nya jadi lebih baik, enak dipandang dll. Ngomongin masalah modif, apa
sebenarnya istilah modif ini? Kalo menurut KBBI, kata modif atau kata yang
lebih bakunya itu modifikasi yang artinya pengubahan, mengubah, terjadi
perubahan. Melakukan perubahan atas sesuatu yang ingin diubah dari segi
estetika, kinerja, atau kenyamanan. Contohnya aja sepeda, sepeda motor atau
yang lain, kadang modifikasi ini cenderung ke arah estetika, ingin mempercantik
penampilannya agar terkesan lebih “wah” kalo diliat orang. Nah, saking
tingginya kecenderungan itu kadang malah mengabaikan segi kenyamanan dan
performanya, mungkin pas kita pake sepeda itu kita ngerasa enak-enak aja, enjoy
aja karena itu sepeda sendiri, tapi lain halnya kalo sepeda itu dipinjem ama
temen dan temen itu ngerasa ada yang kurang/gampangnya ga enak pas dipake
walaupun emang sih sepeda itu bagus, cakep. Itulah yang terkadang diabaikan si
pemilik sepeda, apa yang menurut kita bagus, baik itu belum tentu bagus dan
baik juga buat orang lain.
Ngomongin soal modifikasi sepeda,
saya beberapa bulan lalu punya sepeda yang nggak semua orang punya itu, apalagi
buat kalangan saya (faktor umur) tapi beda cerita kalo kalangan yang lain.
Intinya saya kurang ada temen yang sepemikiran dengan pilihan sepeda itu.
Sepeda fixie namanya. Waktu mau beli sepeda itu saya sering cari-cari referensi
agar nantinya nggak salah ngambil keputusan saat belinya. Saking banyaknya
referensi, saya kembali dengan perhitungan budget
yang saya keluarkan buat beli sepeda, dan pastinya memutuskan beli sepeda fixie
itu, karena keterbatasan budget
tentunya (masalah klasik). Nah, dari keterbatasan budget, mikir dengan budget segitu gimana caranya bisa dapet yang
paling murah dari yang termurah, dan pilihannya jatuh pada fixie yang
bener-bener baru (baru keluar dari gudang setelah selama 2 tahun nggak dipake).
Tau sendiri lah gimana barangnya kalo dengan kondisi seperti itu, nggak perlu
saya jelasin lagi. Nah, dari situ pasti saya harus modif, paling nggak saya
benerin dulu agar semua berfungsi normal dan untuk estetikanya menyusul.
Penampakan saat baru keluar dari gudang
Nah, seperti itulah
sepeda saya saat baru keluar dari gudang pemiliknya. Saat itu dengan kondisi
yang benar-benar nggak bisa difungsikan, semuanya nggak fungsi, intinya nggak ready to use.
Modif #1
Untuk pertama kalinya
saya merasakan dengan menaiki sepeda saya itu, dengan sedikit sentuhan
estetikanya saya cukup pede buat nge-gowesnya.
Modif #2
Yang ini sih nggak
terlalu keliatan perubahannya, sengaja seperti karena emang nggak terlalu
banyak saya ubah dengan budget yang nggak berlebih juga. Hanya nyobain rem
belakang (torpedo) yang berbeda dari saat sepeda pertama beli. Namun, itu nggak
terlalu lama karena setelah berapa kali gowes ternyata ada kekurangan yang
mengharuskan saya ganti dan balik lagi ke torpeda yang lama. Minusnya ini saat
saya gowes, roda belakang terasa goyang-goyang, dan ternyata emang torpedonya
yang sempeleng. Itulah alasan kenapa saya beralih ke rem lama.
Modif #3
Nah, setelah beralih
ke rem lama ternyata ini juga ada minusnya. Saat itu saya temukan dari rem torpedonya
yang nggak keset/pakem dan kejadian
ini hampir membuat saya menabrak kendaraan yang didepan saya saat lampu merah.
Alhasil untuk mengurangi kejadian yang tak terduga lagi, saya mensiasatinya
dengan membeli rem tangan. Dan rem tangan itu saya pasang didepan, berharap ini
mampu menanggulangi minus dari torpedonya.
Nah, itu beberapa perubahan yang
saya lakukan buat ngebikin sepeda saya berfungsi normal dan “sedikit” ada kesan
estetikanya. Dari situ, saya awalnya emang terfokus pada segi estetikanya saja
dan sedikit mengesampingkan yang lain (keselamatan, kenyamanan). Setelah
didapat estetikanya, saya baru memikirkan masalah keselamatan.
Penampakan Terakhir
0 komentar:
Posting Komentar